"Sebaiknya paman terus terang saja padaku. Apa alasan keluarga papa melakukan semua itu, aku bukan si bodoh Chaselion yang bisa kau tipu," ucapnya dengan menatap Seth dingin.
Seth menghela nafas.
"Saya tidak berhak menjawabnya. Tuan Caverolah yang bisa menjawab semua pertanyaan anda."
"Terus kamu pikir, orang itu akan memberitahuku hanya karena aku bertanya?"
"Tidak,"
"Kamu sudah tau jawabannya. Jadi, kenapa itu?"
"Lion, sebaiknya kamu tutup mulutmu dan tidur,"
Lion dan Seth langsung melihat ke sumber suara. Ada Cavero yang tengah bersedekap dada seraya bersandar pada pintu menatap mereka. Mereka berdua tidak tau sejak kapan Cavero ada disana dan mengawasi mereka.
Lion sedikit bergetar melihat papanya.
"Tidak mau! Berikan aku jawaban dulu!"
"Kamu tidak sedang berada di posisi untuk menanyaiku!" peringat Cavero seraya menatap putranya tajam.
"Aku berada! Mereka menjelek-jelekkan aku dihadapan mama! Dan mama, tidak mau bicara lagi denganku gara-gara itu," sengit Lion.
"Lalu?"
"KELUAR DARI SINI!" teriak Lion. "Seth, Beritahu aku!" tanyanya seraya menatap Seth.
"Seth, Lusi! Pergi dari sini!" balas Cavero seraya tersenyum meremehkan anak itu.
"Maaf tuan muda," jawab Seth yang kemudian berjalan keluar di ikuti Lusi.
Lion menatap papanya marah. Dan Cavero hanya diam menatapnya.
"Naik ke atas tempat tidurmu, lalu tidur!" suruh Cavero.
"Tidak mau!"
"Jangan merengek Lion,"
"Tidak mau! Beritahu aku!" keukuhnya.
"Itu bukan masalah yang harus kamu ketahui,"
"Aku harus tau! Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka melakukan itu,"
Cevero menahan napasnya agar tidak marah pada satu-satunya putranya itu. Dia masih ingat ucapan istrinya yang memintanya untuk menjaga Chaselion dan tidak membiarkan anak itu merasa sendirian. Ingat kondisi mental anak itu. Anak itu sedang sakit.
"Itu bukan hal yang harus kamu pikirkan Lion. Papa janji, ini terakhir kalinya kamu mendengar omong kosong mereka." ucap Cavero melunak.
"Aku-"
"Lion, cukup. Pergi istirahat. Kalau kamu masih merengek, jangan harap bertemu mamamu besok," ancam Cavero.
Cavero lelah sekali jika harus berhadapan dengan Lion. Entah kenapa ia jadi merindukan sosok Chasel yang penurut. Lion terlalu pembangkang.
Mendengar itu, Lion sedikit takut. Meski Lion penasaran setengah mati, tapi jika mempertaruhkan pertemuannya dengan mamanya, Lion tidak mau. Dia akan menurut kali ini.
"Hmmph," dengus Lion yang segera berbalik menuju tempat tidurnya.
Cavero masih diam menatapnya.
"Apa? Sana keluar!" Kata Lion yang sudah naik ke atas tempat tidurnya.
Cavero berjalan mendekati putranya. Dia menarik selimut Lion dan memakaikan selimut itu dengan benar. Setelahnya, Cavero duduk di tepi tempat tidur dan memperhatikan anak itu.
"Apa yang kau lakukan? Kamu gila ya?"
Percayalah, jika yang berbicara ini bukanlah anak kandungnya sendiri, Cavero jamin. Lidahnya pasti sudah tidak terpasang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in a Psycopathic Novel
FantasyLunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingga akhirnya bisa hidup dalam keadaan damai dan tenang. Meski orang-orang yang melihatnya mungkin meng...