Luna masih saja membuat keributan gara-gara novel yang dicarinya tidak kunjung ketemu. Terlebih ketika Jeremy menawarkannya membelikannya novel baru yang sesuai mau Lunaria. Luna semakin emosi dibuatnya karena novel itu seolah hilang tanpa jejak.
Luna seolah dibuat berkhayal karena novel itu.
Pada akhirnya Luna memilih menyerah. Sudahlah. Biarkan saja. Dia hanya ingin tau seperti apa masa depan Cashelion. Kali ini kan, meski dia mati, dia sudah meminta Cavero untuk menjaga putra mereka dan mengatakan berbagai kata cinta untuk Chasel. Dia yakin, Chaselion pasti berubah. Anak itu pasti bahagia. Dan Luna hanya ingin memastikan itu.
Karena sejak dia bangun dari koma. Seluruh tubuhnya bereaksi hanya dengan menyebut nama Chaselion. Dan kini, dia di izinkan pulang dengan serangkaian tes yang menyatakan bahwa Luna sudah sembuh.
Luna mencoba baik-baik saja meski selalu kepikiran dengan Chaselion. Luna tidak tau kenapa dia teringat dengan anak itu. Dalam hatinya, selalu mengkhawatirkannya karena dia pergi begitu saja meninggalkannya. Di dunia yang kejam itu, apa Chaselion baik-baik saja tanpanya?
Luna tidak tau. Luna hanya bisa berharap jika sosok Chaselion memang ada, agar anak itu akan baik-baik saja di dunianya. Meski saat ini Luna merasa aneh. Yah, mungkin saja kenangannya bersama anak bernama Chaselion itu hanya sebuah mimpi belaka. Jadi, Luna tidak perlu memikirkannya hingga seperti ini.
Yah, aku pasti bermimpi,-guman Luna.
Luna sudah mencari novel itu di sekitar apartemennya. Dan apa yang disampaikan oleh Jeremy tempo hari benar. Novel itu sudah hilang keberadaannya.
Luna menekankan dalam dirinya, jika ia pasti salah ingat dan hanya bermimpi saja sudah membaca novel yang mirip dengan kejadian yang ada di mimpinya.
****
Setelah malam itu, yang terbangun adalah Chaselion. Mata anak itu membulat polos mencari keberadaan seseorang yang ia kenal di tempat yang begitu asing di matanya. Namun, karena tak ada yang ia kenal, Chasel meras takut.
Anak itu, turun dari atas tempat tidurnya dan mencari seseorang atau sesuatu yang dia kenal.
"Mama," panggil Chasel lembut.
Suaranya sangat pelan. Bahkan mungkin tidak bisa mengusir lalat yang hinggap di almari.
"Mama," panggil Chasel lagi.
Anak itu masih berjalan keluar mencari sesuatu yang tidak asing. Dan ketika dia melihat papanya tengah duduk tidak jauh darinya, Chasel langsung cegukan karena terkejut.
Ke- kenapa papa disini?-batin Chasel takut.
Chaselion berniat pergi, namun suara berat Cavero menegurnya.
"Kamu sudah bangun? Kesini makan,"
Chasel terkejut. Anak itu terdiam cukup lama karena tak biasanya papanya mengajaknya makan bersama. Jangankan makan bersama, tak ada satupun dari orang tuanya yang betah menatapnya lama-lama kecuali mamanya saat ini.
Dengan langkah kecilnya, Chaselion mendekat. Anak itu hanya menunduk tidak berani menatap Cavero. Cavero yang melihat reaksi itu, menduga jika kali ini yang bangun adalah Chasel. Putra kandungnya yang begitu penakut dan polos.
Cavero tak banyak berbicara, dia hanya memperhatikan Chasel yang sedikit gemetar.
Mereka berdua hanya bisa saling diam dan lebih memilih pulang kembali ke rumah.
Sampai dirumah, Chaselion buru-buru keluar dari mobil dan memanggil mamanya.
"Mama, mama dimana," panggil Chasel khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in a Psycopathic Novel
FantasyLunaria dalam bahasa bunga memiliki arti kejujuran, ketulusan, dan juga kemakmuran. Seperti arti namanya, ia menjalani hidupnya penuh ketulusan hingga akhirnya bisa hidup dalam keadaan damai dan tenang. Meski orang-orang yang melihatnya mungkin meng...