Part 15

7.9K 446 19
                                    

"Berapa kali mama bilang, kalau mau pergi ke mana-mana izin dulu!" Winara berpangku tangan, menatap Candradeva yang duduk tertunduk dengan mata nyalang.

Sangat jarang perempuan lembut itu marah besar, tapi mau gimana lagi, anak bandelnya itu udah gak bisa dinasehatin pakek kata-kata halus.

"Ke mana aja kamu dari kemaren?" tanyanya masih dengan nada emosi. Wajah cantiknya yang telah dihiasi kerutan halus menjadi sedikit tegang dan merah.

"Em ...." Candra masih menunduk kikuk. Jawab apa, ya? Masa dia harus bilang habis diperkosa Raiden.

Dunia bisa langsung kiamat jika Winara tahu apa yang terjadi pada anak semata wayangnya.

Enggak dulu deh, Candra gak bisa biarin cowok sinting itu tewas dengan mudah di tangan ibunya.

"I–itu, em ..., se–benernya a–aku pe-pergi main sa-sama te–men."

"Jangan boong," sergah Ehan. Cowok itu duduk bersama Winara. Mereka melipat tangan di dada dan kompak mengintrogasi Candra.

Kebiasaan deh, kalau Candra dimarahi Winara, Ehan pasti ikut-ikutan manasin.

"Kalau lo cuma pergi sama temen kenapa harus bohong ke gue? Mana tiba-tiba pergi lagi. Lo tau gue hampir jantungan pas tau lo sebenernya gak ada di rumah. Lo bisa berhenti bikin orang cemas gak sih?"

"Mana semaleman gak ada kabar lagi. Seenggaknya bales pesan atau telpon gue!"

Ehan mengomel panjang udah kayak bapaknya. Arjuna yang beneran bapak-bapak aja cuma diem menyimak.

Wajah Candra makin tegang dan gelapan. Cowok itu membenarkan letak syal yang memebelit lehernya sejenak agar gak melorot dan mengekspos memar-memar merah di sana.

"Deva jawab," desak Winara lagi.

"Se–sebenarnya ... ehem, a-aku ke-kete-mu sa-sama pa-pa ... car." Mati-matian Candra bohong sambil nahan malu.

"A–aku ta-takut g-gak di-izinin ka-ka-lau ju-jur."

Mendengar jawaban itu, semua orang yang ada di sana terdiam sesaat, lalu sama-sama berdecak.

"Huh!"

"Candra Candra."

Winara hanya menghela napas panjang. Wanita itu berpaling pergi ke kamarnya tanpa mengatakan apapun lagi.

"Terserah lo deh Candra. Mending berak gue." Ehan juga ikut beranjak.

Kini tinggallah Candra dan Arjuna yang kemudian saling tatap.

"Apaan?" Pria itu mendongak.

"Ju-jun, g-gue ma-mau na-nya."

"Lo gak usah pura-pura gagu lagi, cuma ada kita berdua."

Candra cengir lebar. Setelah memastikan ibunya dan Ehan gak akan mendengar mereka, ia mulai bicara normal dengan nada sepelan mungkin.
"Gue boleh minta bantuan gak?"

"Apa?"

"Apa lo bisa bantu gue nyari informasi tentang Raiden. Itu loh, sepupunya Dokter Rafly temen lo, Jun. Gue butuh banget informasi tentang dia. Apa pun yang berhubungan sama dia. Bisa gak?"

Menjawab permintaan Candra, Arjuna langsung menggeleng tegas tanpa pikir panjang.

"Gue gak bisa bocorin informasi pribadi orang tanpa alasan. Itu ilegal."

Candra cemberut kecil. "Ayolah Jun. Lo juga minta bantuan gue buat bantuin kasus lo. Bantu gue dikit itung-itung balas budi napa."

"Gue belum ngerasa dapet bantuan dari lo tuh."

Destroy Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang