Part 43

4K 399 94
                                    

Sedikit demi sedikit, Candra membuka mata. Setelah sekian lama terlelap, akhirnya bangun juga.

Jangan tanya kayak gimana keadaan badannya saat ini. Semalem masih mati rasa, tapi sekarang semuanya kerasa. Candra ngerasa badannya remuk kayak habis kelindes truk. Ah, mending kelindes truk langsung mati deh.

Mau pensiun aja jadi gay bisa gak sih? Gak kuat bet.

Candra mendapati jarum infus menempel di punggung tangannya. Pantesan gak kerasa lemes. Tapi perutnya tetep keroncongan.

Cowok itu bangkit mau nyari makan sambil bawa tiang infusnya. Juga, dia mendengar keributan di luar sedari tadi.

Candra ngerutin kening ngelihat semua barang berantakan di luar. Di sana, seorang pria sedang memaki-maki Raiden.

"Lu itu mau jadi lacur atau apa hah?! Di mana otak lo? Gua susah payah ngurus lu tapi lu malah main-main kayak gini? Mau jadi apa lu hah?!"

Apa itu Tuan Airlangga yang bicara? Candra sempet tertegun, gak nyangka pria terhormat itu bisa bicara kasar kayak gitu.

Ngelihat Candra yang berpenampilan berantakan, merah di wajah pria paruh baya itu makin kentara.

"Laki-laki?" Dia kembali menatap Raiden yang hanya diam- dengan tatapan membunuh. Jika saja pria itu sedang memegang pisau di tangannya saat ini, dia pasti udah nikam anak sampah di hadapannya itu.

Sebagai gantinya, dia menampar Raiden dengan tanaga penuh.

Raiden menerimanya tanpa perlawanan dan tanpa ekspresi. Gak cukup sekali, Airlangga kembali menamparnya. Berkali-kali, dia ingin menamparnya sampai mati.

"Rai! Pak!" Candra yang ngelihat pria itu gak ada itikad mau berhenti-langsung berlari menghampiri. Dia menarik Raiden ketika pukulan ke sekian melayang lagi, dan sebagai gantinya tamparan itu mengenai wajahnya dengan telak.

Candra merasa kepalanya berdengung keras. Gak nyangka pukulannya sekeras itu. Bagaimana bisa Raiden menerima semuanya tanpa meringis sedikit pun.

"Candra!" Raiden sigap menahan Candra yang hampir tersungkur.

"Menjijikan. Belum cukup bikin gua malu hah? Bunuh aja gua bunuh! Gua gak sanggup nerima penghinaan kayak gini, anak sialan lu! Mending lu bunuh aja gua daripada bikin malu! Mau ditaruh mana muka gue punya anak kayak lu?!"

"Oke." Raiden mengangkat kepalanya, baru kali ini dia berani menjawab pria itu. Raiden menatapnya sambil tersenyum, "Kalau mau Papa gitu, ya udah, sini gue bunuh!"

Raiden mengambil vas bunga yang masih selamat kemudian menyerang pria di depannya.

Siapaun gak nyangka dia akan benar-benar melakukannya.

Airlangga refleks mundur dengan ekspresi kaget. "Raiden!"

BRAKKK

"Raiden!"

Vas bunga itu pecah berhamburan begitu menghantam kepala Airlangga.

Pria itu jatuh ke lantai. Memegangi kepalanya yang berdarah, dia memandangi wajah datar anaknya dengan ngeri.

"H-hah? Anak setan ...."

"Ahh!" Seorang wanita yang berteriak di ambang pintu.

Melihat suaminya berdarah, Anita memburunya dengan panik.

"Papa!"

"Anita, lihat anak kamu, dia udah gila."

Perempuan itu menatap anak lelakinya dengan tatapan gak percaya. Dia menggeleng pelan. "Raiden, sadar kamu ngelakuin apa?"

Destroy Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang