Part 31

5K 438 100
                                    

"Hufft." Candra ngelepasin helmnya, terus duduk setengah telentang di teras mes. Dia milih istirahat di luar karena lebih adem dan banyak angin, lagian di dalem kedengerannya lagi ribut.

"Tadi itu apaan, ya?" Candra ngelirik Joan yang udah lebih dulu duduk di sampingnya.

"Dulu Revy sekolah di Neoagra," ucap Joan.

Cowok itu ngelanjutin dengan rileks, "Take gak? Dulu Neoagra sama Sapphire musuhan parah. Meskipun sekarang masih sama aja tapi seenggaknya gak pernah lagi tawuran. Terakhir kali adu jotos satu tahun lalu. Mereka kalah, terus ketuanya alias Revy dibawa ke sini. Lo bisa bilang kalau Revy bisa ada di Sapphire karena diculik Anndika."

Candra ngangguk-ngangguk. Sungguh cerita yang menarik pemirsa. Dia gak pernah menduga kalau keberadaan Revy di geng ini seunik itu.

"Kok bisa diculik sampe sekarang? Emangnya gak bisa kabur gitu?"

Candra nanyain pertanyaan yang padahal dia tahu jawabannya.

Joan senyum asem. "Lo nanya kenapa dia gak bisa kabur dari Anndika?"

Candra meringis. "Gue tau tuh cowok galak banget, tapi masa orang sebanyak anak Neoagra gak bisa kalahin dia? Dikeroyok juga mati."

Sejujurnya, Candra heran banget ngelihat gerombolan anak Neoagra tadi malah kabur begitu ngelihat Anndika. Cuma satu orang aja, kenapa mereka sampe segitunya?

Joan menggeleng. "Lo belum tau." Cowok berambut undercut itu menerawang sesaat. "Anndika itu ... gak sesederhana yang lo banyangin. Dia gak biasa, juga dia punya kuasa. Lo bisa anggep Raiden kejam, tapi dia gak bernah bunuh orang."

"Maksud lo Anndika pernah bunuh orang?" Candra bertanya dengan suara yang memelan.

Alih-alih nge-iyain, Joan memberi Candra satu nasehat, "Jangan pernah bikin masalah sama dia. Segila-gilanya Raiden dia gak akan bunuh lo karena lo favoritnya, beda dengan cowok satu ini, dia bisa nyingkirin siapapun yang dianggap ganggu urusannya, bahkan Revy sekalipun."

PRANGG

Candra lagi sibuk-sibuknya mikirin ucapan Joan, suara benda dibanting keras kedengeran dari dalem. Candra dan Joan lekas masuk.

Helm yang dibanting Anndika masih menggelinding di lantai. Pecahan kacanya berserakan.

Cowok jangkung ini tampak kesal. Suara nafasnya kasar, urat-urat di tangan dan lehernya tegang hingga menonjol.

Kenapa dia marah? Candra heran. Apa cowok ini marah cuma gara-gara Revy hampir kabur?

"Bajingan-bajingan itu lagi ada di hotel Purple Sky," ujar Raiden yang tengah duduk rileks di sofa sambil memainkan HP-nya. Cowok itu ngelirik Anndika sekilas. "Jangan sampe ada yang mati. Kita udah bikin perjanjian sama mereka. Tapi kalau cuma sekarat, gak papa."

Anndika mengatur nafasnya yang kencang. "Mereka gak bakal gue sekaratin, gue cuma butuh nama orang yang ngebocorin informasi kita ke luar. Pasti orang dalam. Si pengkhianat itu bakal gue bunuh!'

Candra auto nelen ludah. Mending kabur atau langsung pesen batu nisan aja nih ya?

"Suka-suka lo." Raiden ngibasin tangan.

"Enggak, Annd!" Revy narik lengan Anndika yang hampir bergegas.

"Masuk kamar."

Cowok pendek itu menggeleng dengan tampang memelas. Mata bulatnya udah berair. "Gak. Annd, ayolah. Mereka cuma rindu sama gue. Ki-kita cuma mau ketemu. Lo gak harus sampe segitunya kan? Gue gak bakal pergi ke mana-mana!"

Destroy Me [Completed]Where stories live. Discover now