Part 45

3.8K 378 133
                                    

***

Raiden adalah dalang dibalik kematian kakaknya. Karena dialah juga Anjas menjadi tersangka pelaku pemerkosaan Raihanna. Meski pada akhirnya itu cuma sekedar tuduhan, Anjas udah terlanjur dicap jelek dan berakhir diasingkan ke Amerika Serikat oleh keluarganya.

Pernyataan Anjas itu terdengar seperti bualan bagi Candra. Tapi faktanya, sekarang dia terus memikirkan hal itu.

Candra gak berhasil menemui Dokter Rafly karena pria itu tengah bekerja. Niat ingin mencari kejelasan dari Dokter Rafly, dia malah kembali dengan kebingungan yang bertambah-tambah.

Candra adalah orang yang paling tau seperti apa Raiden. Die emang cowok manipulatif yang bukan mustahil bisa ngelakuin hal-hal yang dituduhkan Anjas.

Tapi, waktu itu Raiden kira-kira masih usia enam atau tujuh tahun kan? Candra gak percaya. Dia menatap sejenak Raiden yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dan bersiul.

Orang ini, Candra gak tau harus sampai mana dia mempercayainya.

"Raiden." Dia berdehem membuat Raiden yang lagi pakek baju berpaling padanya dengan senyum ceria. Candra jadi gak tega buat ngehancurin suasana hatinya.

"Apa? Ada yang mau lo tanyain?" Raiden tipe orang yang cukup peka. Dia duduk di samping Candra kemudian.

"Tentang Kakak gue?" tebaknya.

Candra senyum gak enak hati. "Tapi kalau lo gak mau cerita gak papa. Gue tau itu pasti sulit banget buat lo."

Raiden menggeleng. Diam sesaat terus mulai bicara, "Enggak, gak papa. Cuma gue gak tau harus cerita dari mana, jadi lo tanya apa aja yang lo mau tau."

"Bener Anjas yang ... maaf, lecehin kakak lo, dan lo saksinya?" Candra langsung aja ke intinya. Karena takut Raiden bakal terguncang, lebih baik gak basa-basi dan akhirin pembahasan ini dengan cepat.

Tapi, Raiden keliatan tenang-tenang aja.

"Waktu kecil gue selalu tidur bareng Kakak gue karena gue takut tidur sendiri. Saat itu gue baru masuk sekolah, Anjas dateng buat nemenin gue masuk sekolah hari pertama, dia emang selalu dateng tiap akhir bulan, tanggal 29 atau 30. Dan gue ngelihat itu." Cowok itu tersenyum tanpa Candra tau apa maksudnya. Senyum getir atau senyum licik, Candra gak bisa bedain.

"Waktu itu gue gak ngerti mereka lagi apa, tapi gue ngelihat Kakak gue nangis, dan dia cuma nyuruh gue diem. Awalnya gue pikir bukan apa-apa. Raihanna bilang mereka cuma main. Tapi setiap Anjas dateng, Kakak selalu hilang dari kamar. Dan bener aja, setiap gue periksa dia selalu ada di kamar bajingan itu."
Raiden mengakhiri ceritanya dengan tawa pelan. Candra diam sejenak.

"Jadi, setelah lo tau lo ngelapor ke polisi?"

Raiden ngangguk. "Sama pengasuh gue, tapi akhirnya sia-sia."

"Kenapa? Karena buktinya gak cukup?"

"Em, bisa dibilang gitu."

"Terus kasus kematian kakak lo ...."

"Gak usah tanya, itu juga dia yang ngelakuin. Dia yang bunuh Raihanna."

Candra mengerjap. "Ah, paman lo itu bukan manusia, ya? Bangsat banget. Apa lagi yang dia lakuin? Orang sejahat itu pasti masih banyak lagi hal amoral yang dia lakuin."

Raiden senyum masam. "Itu ... gak taulah. Mungkin aja, tapi yang gue alamin cuma itu."

Candra ngangguk. Dia membuka kedua tangannya dan memeluk Raiden. Cowok itu bersandar nyaman dalam pelukannya.

"Gak papa. Orang jahat kayak gitu pasti bakal dapet karmanya cepet atau lambat," ucap Candra. Sementara matanya menerawang bingung entah ke mana.

Raiden ini, Candra ngerasa dia nyembunyiin sesuatu, meski gesturnya tenang tapi matanya kelihatan gelisah dan selalu menghindari kontak mata dengannya.

Destroy Me [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora