Part 25

6.2K 434 33
                                    

Di ruang tengah mes, semua Sapphires Utama udah kumpul.

Candra bahkan gak sempet pulang ke rumah dulu, sebab beres mandi dia langsung diseret Raiden ke sini untuk membahas masalah anggota yang diserang tadi malem.

Untung disediain sarapan, jadi dia ikut duduk dengan suka rela. Kalau enggak, Candra pasti udah kabur ke warteg terdekat.

"Mereka diserang pas mabuk-mabuknya, jadi gak bisa ngelawan. Orang-orangnya pakek masker dan topi, gak bisa dikenalin, juga gak ada barang bukti yang tertinggal. Masalah yang paling mencurigakan adalah rekaman CCTV yang kehapus saat kejadian." Revy menuturkan poin-poin penting dari kejadian tadi malem.

"Mereka juga gak ngomong apa-apa. Gak ada yang luka serius. Itu kayak mereka sengaja nyergap anggota kita cuma buat dimainin," tambahnya.
Sambil menyesap teh, orang-orang di sana tampak berpikir dengan serius. Cuma Candra satu-satunya orang yang bodoamat. Dia memilih nyemil gorengan di meja dengan lahap.

Laper bet.

"Pelan-pelan dong." Raiden mencubit pipinya yang gembul karena penuh dengan makanan.

"Mau?" Candra menyuapinya sepotong donat. Raiden melahapnya dengan jari-jarinya sekalian. Candra meringis dibuatnya.

"Manis." Raiden mengunyah sambil tersenyum.

Orang-orang yang berada di sana menatap mereka dengan muka bete. Langka banget ngelihat dua orang ini harmonis, sekalinya akur malah bikin orang mual.

"Pacaran kan lo berdua? Ngaku lo!" Revy menunjuk-nunjuk Candra dengan gemes.

"Gimana ya, sebenarnya gue gak mau, tapi Raiden maksa. Ya udah gue mau." Candra ngomong dengan mulut penuh.

"Woah, jadi intinya jadian kan?"  Revy dan Joan berseru sambil tepuk tangan.

"Kepaksa kepaksa tai kucing, muka lo kelihatan habis menang doorprize tuh nyet," cibir Ilex.

"Hehe."

"Ehm." Deheman berat Anndika membuat mereka kembali fokus pada topik awal.

"Karena gak ada petunjuk apapun, untuk sekarang juga sulit buat nebak siapa pelakunya. Dari cara mereka nyerang, jelas bukan kaya preman biasa. Jadi gue ra—"

"Tunggu." Anndika memotong kalimat Joan.

"Kita gak usah repot-repot nyari siapa dalangnya." Cowok itu melirik Candra dengan mata dinginnya.

Candra yang lagi sibuk ngunyah langsung matung. Gak enak nih perasaan.

Kakinya udah ancang-ancang lari kalau-kalau Anndika tahu dirinyalah otak di balik pembotakan masal itu.

"Biar dia yang selesain ini." Kalimat Anndika selanjutnya membuat Candra menghembuskan nafas lega.

"Lo anggota baru yang diangkat tanpa pertimbangan apapun."Anndika berujar sembari melirik Raiden sekilas. "Kalau lo ngerasa pantes jadi anggota, buktiin kemampuan lo sekarang. Kalau kasus sekecil ini pun lo gak bisa, harusnya lo ngerasa malu make cincin itu di jari lo. Tangkap orangnya, dan gue bakal nerima lo di sini."

Candra mangap kecil. Jadi ceritanya dia disuruh nangkep diri sendiri kah?

Haha ….

Sesuai harapan.

"Gimana, Rai?" Baik Joan atau yang lain sama-sama menatap Raiden buat minta keputusannya.

Raiden ngelirik Candra yang sok manyun.
"Susah. Anak ini agak bego, gue skeptis dia bisa."

Kan, Candra yang pura-pura bete sekarang jadi bete beneran. Dia melototin Raiden yang cuma senyum sambil nyipitin mata.

Contoh pacar laknat.

Destroy Me [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora