5. Hilang Kendali

300 11 10
                                    

Anna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anna

Aku mulai mengumpulkan serpihan hatiku yang hancur setelah tidur sebelas jam. Aku belum pernah tidur selama itu sebelumnya. Tubuhku remuk dan punggungku sakit seolah-olah aku baru saja tergelincir di atas tumpukan salju.

Kedua tanganku refleks memegangi kepala. Aku belum terbiasa dengan suasana asing yang mengelilingiku. Rumah Xaverius besar dan luas, dengan tiga lantai yang diisi banyak perabotan bergaya Skandinavia, didominasi warna-warna netral pada dinding dan sofa-sofanya yang elegan.

Aku menempati lantai tiga. Kamar paling ujung. Dilengkapi ranjang berkelambu dan ukiran abstrak yang khas di setiap tiangnya, lampu-lampunya menyala otomatis dengan sensor gerak, dan ditutupi tirai blackout tebal yang menggantungi jendela tinggi tanpa sekat di seberangku.

Suasananya megah dan modern di tengah-tengah nuansa klasik kota Glasglow. Aku bangkit seperti mayat hidup. Dengan langkah tersaruk-saruk menuju jendela dan menarik tali tirainya ke atas.

Cahaya matahari yang menyilaukan langsung menembus ke dalam. Pagi itu terasa hangat dan membuatku ingin berdiri lebih lama di bawah jendela. Membiarkan sinarnya menusuk kulitku.

"Sedang menikmati matahari, butterfly?" Suara itu mengejutkanku.

Aku berbalik terlalu cepat dan nyaris kehilangan keseimbangan. Namun, gerakan Xaverius jauh lebih cepat dari makhluk apa pun yang pernah kulihat. Tiga detik yang lalu dia masih ada di sana, satu detik berikutnya dia ada di hadapanku.

Kecepatannya luar biasa mengagumkan. Aku terengah-engah karena napasku mendadak tercuri oleh kehadiran Xaverius. Kami begitu dekat hingga aku bisa merasakan jantungku berdetak di kedua telingaku dan napasnya menyapu permukaan bibirku, sementara satu tangannya menahan pinggulku.

Wajahku tiba-tiba panas. Darahku surut dari kepala. "A-aku baik-baik saja."

Aku segera mundur dan memisahkan diri. Tubuh besar Xaverius tak pernah membuatku merasa terintimidasi, tapi sebaliknya, keberadaannya justru menawarkan rasa aman padaku. Aku belajar dari pengalaman bahwa sesuatu yang berlebihan tidak seharusnya kupercaya.

"Apa kau selalu gugup saat kau bersama seseorang?" tanya Xaverius mengangkat kedua tangannya ke samping wajahnya.

Hanya ketika kau ada di dekatku. Pandanganku tertuju pada dua kancing kemeja Xaverius yang terbuka sebelum kemudian aku mengalihkan perhatianku pada lilin aromaterapi di atas nakas. "Kau membuatku terkejut."

"Maaf. Bagaimana punggungmu?" Dia kembali menanyakan pertanyaan yang sama, aku memberanikan diri untuk menoleh, menatap ke dalam matanya yang seperti pecahan es.

Crescent MoonWhere stories live. Discover now