7. Sampanye

380 11 4
                                    

Xaverius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xaverius

Alarm dalam kepalaku menyala melemparkan peringatan untuk berhati-hati. Aroma Anna nyaris membuatku gila. Namun, aku telah melangkah terlalu jauh dan sekarang tersesat dalam rasa Anna di seluruh indraku.

Tidak ada sensasi sehebat dan sekeras para shape shifter yang sudah menemukan mate-nya. Rasanya seperti menenggak sampanye. Efeknya menyebar cepat ke dalam pembuluh darah dan memusingkan.

Gelombang gairah segera mencabik-cabik diriku jadi serpihan kecil. Aku lebur dalam kenikmatan yang kurengkuh pada tubuh ramping yang gemetaran di hadapanku. Aku bahkan dapat merasakan gelenyarnya menembus dadaku, sesuatu yang berdetak dan hidup, sesuatu yang panas dan punya jiwa.

Runtuhnya dinding pengendalian diri membuatku terpancing untuk meletakkan gigi di antara kedua paha Anna yang terbuka. Membuatnya takluk pada setiap sensasi yang kucurahkan. Akan kujadikan dia wanitaku, milikku seutuhnya, tepat setelah aku selesai menelanjanginya.

Punggung Anna melengkung saat aku menjulurkan lidah. Mencicipi basahnya yang luar biasa manis dan membanjiri bibirku. Aku ingin memastikan momen penyerahan dirinya terkenang sampai dia tak akan lagi bisa memikirkan siapa pun selain aku untuk memenuhi kebutuhannya.

Belum pernah ada yang cukup bodoh merebut dan menginginkan sesuatu yang kupunya. Aku pria egois. Posesif. Teritorial. Aku ingin Anna eksklusif untukku.

Aku bisa jadi malaikat jika aku mau, tapi aku jarang menoleransi ketika seseorang berani mengusik sesuatu yang telah kuklaim. Propertiku. Itu artinya Anna Rue Lewandowski.

Lidahku lanjut mengekspos bagian paling pribadi. Merasakan rasa Anna sekali lagi sebelum mendaratkan jemariku pada pantatnya. Meremasnya lembut seolah-olah dia diciptakan dari kapas lalu ganti meremasnya kasar, menamparnya, meninggalkan cap jari di kulitnya yang halus.

Anna terkejut pada pukulan pertama dan menjerit pada pukulan kedua. Aku kembali menggodanya, menjentikkan ujung lidahku di tempat yang tepat, dan membuat kepalanya tersentak ke belakang. Rengekannya mengudara saat aku memasukkan lidahku ke dalam dirinya.

Kelembapan Anna melampaui semua fantasiku. Kepalaku bergemuruh seiring menangkap erangan demi erangan yang lolos begitu saja dari mulutnya. Aku ingin pengakuan bahwa aku satu-satunya yang membuatnya merasa nikmat dan aku ingin dia tetap berpegang permanen pada setiap sensasi yang kuciptakan.

Aku iblis yang dirancang untuk merayu. Sentuhanku mematikan. Pesonaku dapat merenggut kewarasan manusia yang paling rasional sekalipun.

"You're so delicious, butterfly. I want to explore every inch of you and I won't be able to eat just one," bisikku sambil menatap semburat cantik di wajah Anna yang basah oleh keringat.

Crescent MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang