10. Saudara Kembar

109 4 2
                                    

Anna

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Anna

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak Xaverius mengklaimku. Menciptakan tanda cantik itu di leherku dan kini terus melekat permanen seperti ukiran yang mustahil pudar. Aku menyukainya.

Xaverius benar. Tatonya cocok untukku. Aku selalu memperhatikannya saat bercermin dan warnanya jadi berubah jauh lebih gelap sekarang.

Aku baru selesai menyikat gigi dan mencuci muka. Mengamati leherku sekali lagi sebelum menyeka wajahku dengan handuk. Aku lalu turun ke lantai dasar dan menuju dapur.

"Kau suka pai apel?"

Aku terkesiap dan nyaris tergelincir di anak tangga terakhir. Sapaan itu mengejutkanku. Bukan suara Xaverius, tapi aku mulai merasa akrab mendengarnya sejak kedatangannya yang terakhir kali.

Aldrich menyeringai. Dia punya lesung pipi di pipi kirinya. "Maaf, muffin. Aku mengejutkanmu. Kau tidak apa-apa?"

Aku melirik sinis ke arah Aldrich. Berusaha menormalkan ritme jantungku yang berdebar kencang. Masih belum terbiasa dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Aldrich adalah saudara kembar Xaverius. Mereka punya kemiripan wajah yang identik. Namun, kepribadian mereka seperti minyak dan air. Api dan es.

Rambut Aldrich hitam dan panjang. Lebih sering diikat dengan model man bun. Jika tergerai, akan terlihat sedikit bergelombang dan berayun di pundaknya yang lebar. Menggambarkan jiwanya yang bebas dan liar.

Aldrich memiliki mata yang sama indahnya dengan Xaverius, tapi bukan biru. Miliknya cokelat keemasan yang aneh. Cemerlang seperti warna tumpahan madu di atas lelehan mentega.

Telinga Aldrich dihiasi anting, hanya yang sebelah kiri, liontinnya menyerupai bulu. Dia juga punya tato kecil dengan motif bulan sabit di bawah kelopak mata kirinya. Aku tak menemukan rajah lain di tubuhnya, kecuali yang satu itu.

"Berhentilah memanggilku muffin." Aku mendengus pada Aldrich dan berbalik mengambil cangkir dari kabinet.

Aku butuh kopi. Kafein untuk mengurangi sakit kepalaku akibat kurang tidur. Xaverius membuatku terjaga nyaris sepanjang malam karena gairahnya yang luar biasa.

"Hanya saja kau mengingatkanku—"

"Aku tahu. Caroline. Kau sudah mengatakannya paling tidak enam belas kali." Aku memutar bola mata.

Wajahku mirip dengan seseorang yang Aldrich kenal. Caroline Osgoode. Wanita keturunan Inggris-Prancis yang pernah jadi kekasihnya enam puluh tiga tahun lalu.

Dengan alasan yang sama, aku merasa Aldrich selalu berusaha mendekatiku. Mencari kesempatan untuk sekadar berbincang atau bahkan menggodaku. Kadang-kadang caranya menatap justru membuatku tidak nyaman.

"Aku hanya ingin menawarimu pai apel. Ini baru matang." Aldrich meletakkan kue itu ke atas meja dan melepaskan sarung tangannya.

Aroma kayu manis yang menguar mendadak membuat perutku keroncongan. Aku menggigit bibir. Itu tampak lezat, mengepul, dan rasanya aku sanggup melahapnya dalam tiga potongan besar sekaligus.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Mar 10 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Crescent MoonHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin