8. Bulan Sabit

266 11 1
                                    

Xaverius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Xaverius

Darah. Aku butuh darah untuk menyatukan kami dan aku perlu menunggu revolusi bulan untuk menyempurnakan segelnya. Bulan sabit yang muncul setelah fase bulan baru adalah waktu yang tepat untuk melakukannya dan itu artinya malam ini.

Hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum sore datang dan malam turun menjelang. Masih ada banyak waktu tersisa. Aku punya persiapan yang cukup untuk memulainya dari sekarang.

"Darah?" Kedua alis Anna bertaut di tengah-tengah wajahnya.

"Kau hanya perlu mengizinkanku, butterfly. Sama seperti kau tadi mengizinkanku memasuki dirimu yang luar biasa manis ini." Jari-jariku membelai rambutnya, merasakan tekstur selembut sutra di kulitku.

"Apa itu akan sakit? Dengan cara apa?" tanya Anna khawatir, aku menempatkan ibu jariku di antara kerutan alisnya.

"Aku tidak bisa menjamin rasa sakitnya. Itu hanya akan berlangsung selama beberapa saat. Dan tentang caranya, aku akan melakukannya dengan hati-hati." Rahangku mengetat menahan taring yang akan mencuat di antara bibirku.

Anna mengulurkan jari telunjuknya. Menelusuri bibirku yang terkatup rapat. "Dengan ini? Dengan taringmu?"

Lama kami bertatapan. Saling mengukur, saling menganalisa. Mematri momen yang kuharap akan bertahan selamanya lalu aku mengangguk dan membuka bibir.

Memamerkan gigiku yang runcing dan siap. Berharap aku dapat menyaksikan nyali Anna terkubur dan dia mundur atau bahkan sebaliknya. Aku ingin reaksi karena dia terlalu menerima dan manusia normal seharusnya lari dan pergi dariku.

Aku masih menikmati keheningan tajam yang hanya terisi dengan napas kami sampai kemudian Anna mengangguk mengiyakan. Dia tersenyum. Rasanya seperti melihat kilas balik di masa lalu, di ladang eulalia, ketika dia mengeluarkan plester luka itu untukku.

"Buat aku yakin bahwa aku melakukan hal yang benar."

Aku mengamati bibir Anna. Pandanganku lalu naik tertuju ke hidung dan menetap di matanya. "Kita mungkin baru bertemu, tapi aku sudah mengenalmu sejak lama. Apa kau tahu kau telah mendapatkan tato rahasia itu di perjumpaan pertama kali kita?"

"Di ladang itu?" Matanya terbelalak.

"Ya. Kau tidak sadar bahwa takdir kita sudah dimulai karena kau peduli. Kau menyeberangi batasan yang seharusnya tak boleh kau lewati. Awalnya aku coba menyangkal dan berusaha memutuskan ikatan yang telah terjalin sampai akhirnya aku menyerah. Kita disatukan oleh semesta dan aku tidak berdaya untuk menentangnya."

"Aku tidak tahu jika perhatianku akan menciptakan sesuatu yang besar."

"Lebih dari yang sanggup kau bayangkan. Hidupmu berubah."

"Kita. Hidup kita," koreksinya dengan berbisik. "Aku memikirkanmu di perjalanan pulang. Aku terus mengoceh tentang kau si anjing raksasa yang kupeluk pada Paman Cédric, sementara dia sibuk membawa hasil tangkapan ikannya yang banyak malam itu sambil menanggapiku sesekali. Namun, dia percaya padaku. Dia selalu melakukannya."

Crescent MoonWhere stories live. Discover now