6. Terperangkap Gairah

474 10 7
                                    

Anna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna

Xaverius Sean Foster. Nama itu cocok untuknya. Xaverius melampaui semua ekspektasiku tentang pria dan semakin kami dekat, semakin aku yakin bahwa dia bukan mimpi yang akan lenyap segera setelah aku terbangun.

Aku dapat merasakan panas yang melapisi kulit Xaverius, rasa manis bibirnya yang membuatku tersesat, dan sensasi aneh menyenangkan yang menggetarkan perutku. Bagaimana aku bisa lari darinya? Mengapa memilih yang normal sementara aku akan mendapatkan kehidupan sempurna seperti dalam kisah dongeng?

"Then my soul will belong to you." Aku menerima Xaverius sepenuhnya dan rasanya seperti baru saja mengucapkan sumpah keabadian saat keajaiban itu lalu terjadi.

Pergelangan kaki kiriku tiba-tiba sakit. Nyeri luar biasa hebat yang terasa menusuk-nusuk dan membakar kulitku. Aku hampir merosot ke lantai ketika Xaverius kemudian menggendong dan mendudukkanku di tepi ranjang.

Xaverius berlutut mengulurkan kakiku ke dadanya. Kami menyaksikan tanda asing itu muncul seperti jejak api yang merambat melingkari pergelangan kakiku. Aku mendapatkan tato pertamaku.

Tato itu indah dengan motif rumit yang tak pernah kulihat. Mirip dengan simbol yang ada di leher Xaverius. Setelah rasa sakitnya perlahan memudar, aku bisa membaca nama Xaverius juga tertulis di sana.

"Namamu ada di dalamnya." Nadaku meninggi karena terkejut, dia mengklaimku. Aku tidak pernah membayangkan aku akan menyukai perasaan itu.

"Ini hanya permulaan." Xaverius mengecup lembut mata kakiku. "Apa masih nyeri? Biasanya ini hanya akan berlangsung selama beberapa detik."

"Tidak. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang."

Aku memperhatikan bekas luka di mata Xaverius saat dia mendongak memandangku. Dia pasti telah melewati kehidupan yang begitu sulit sebagai alpha. Terlahir sebagai pemimpin dalam kawanan bukan tugas yang mudah.

"Kau penasaran dengan bekas lukaku? Aku akan menceritakannya padamu nanti." Xaverius sadar bahwa aku terus memperhatikan mata kanannya.

"Bolehkah aku menyentuhnya?"

Xaverius tak menjawab. Namun, dia menggenggam satu tanganku, mendekatkannya ke wajahnya, dan membiarkan jariku menyentuh alis dan kelopak matanya. Saat dia terpejam, kekagumanku atas dirinya meluap-luap seperti amukan badai.

Ketertarikanku pada Xaverius terasa lebih dalam dari sekadar takjub. Aku ingin menyentuhnya lebih banyak. Melihat segenap kekuatan yang dia banggakan hancur ketika aku menjadi miliknya.

Pikiran itu membuatku tercengang pada sisi gelap yang tidak pernah kutahu ada dalam diriku. Aku terikat pada kebutuhanku yang semakin menggelora, sementara Xaverius mulai memenuhi seluruh indraku dan aku tenggelam dalam genangannya. Aku juga menginginkan Xaverius, sungguh, bahkan jika dia harus menghilang seperti fatamorgana setelah kami selesai melakukannya, aku akan terus mematri setiap detailnya di ingatanku.

Crescent MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang