Gagal

89 13 5
                                    

Pusing rasanya, ya itu yang di rasakan para guru ingin lanjut study tour tapi murid-muridnya pada hilang.

Koko dan inupi yang kabur dari rumah sakit, yang kini kabarnya mereka tinggal di hotel. Awalnya sih para guru marah besar tapi mulut mereka di lempar uang satu gebok, alhasil diam.

Belum lagi Takemici dan Chifuyu nyebar rumor Ran di culik, padahal aslinya pacaran sama Sanzu. Capek tau para guru, memang itu benar-benar darah, tapi kenyataannya Ran malah asik sama Sanzu ngurus urusan murid baru itu.

Gara-gara kabar itu Mitsuya Draken dan Mikey, kabur dari rombongan study tour. Dengan dalih ingin mencari Ran dan kebenaran, padahal kenyataannya mereka yang malah hilang.

Jadi sudah di pastikan study tour ini gagal total gara-gara murid tidak tau aturan dan akhirnya mereka tetap melanjutkan walaupun tanpa murid.

Definisi sakit tidak demam, soalnya hati mereka serasa terbakar tapi tidak mendidik, untung mereka anak orang. Coba anak kucing udah di masukin karung terus di buang.

***

"Ran kenapa menangis?"

Heran Sanzu yang melihat kekasihnya tiba-tiba berubah, tadi Ran dingin kenapa sekarang nangis kan aneh terlebih setelah lihat makam Rindou di bongkar.

"Terus apa maksud ucapan mu tadi?"

"Ucapan apa ya?"

"Yang itu loh, Kenapa mama dan papa pilih kasih padahal kami sama sama anak."

Ran yang mendengar penuturan Sanzu hanya tersenyum lembut, setelah itu dia mengusap surai pria bersurai pinky itu, dengan lembut dia memandang langit lalu berkata.

"Kita kan sama-sama anak sang pencipta sayang kenapa dunia tidak adil."

"Maaf ya sayang gara-gara aku kamu jadi nangis."

Dengan lembut Ran menarik Sanzu keluar dari sana, Ran berdalih tidak mau kekasihnya kepanasan apalagi Sanzu terlihat kurang enak badan.

"Sayang malam ini kita tidur di hotel saja ya."

Tawar Ran yang sedang asik mengirim pesan ke seseorang.

Sedangkan Sanzu yang mendengar kata hotel langsung blush, dia mirip kepiting rebus.

"Padahal baru satu Minggu masak udah minta lagi."

Ran tidak ambil pusing dia langsung menarik lengan kekasihnya itu, sambil memberi tatapan menggoda dia menggigit bibir bawah.

"Satu Minggu itu setahun babe apa kau tidak ingin merasakannya lagi?"

Seperti ada aliran listrik Sanzu bergidik ngeri, terlebih Ran yang malah menggigit daun telinganya. Sanzu terangsang dibuatnya, Ran memang ahli dia memanfaatkan ketidak berdayakan Sanzu.

Sambil terus berbisik hal mesum, tanpa sadar mereka sudah sampai di depan mini market.

"Sayang ambil yang kau suka nanti aku bayar."

Mendengar penuturan Ran, Sanzu senang bukan main pria bersurai pinky itu ingin sekali beli rokok bir dan juga perangsang. Tapi Sanzu sadar dia belum pernah menunjukkan sifat aslinya jadi dia hanya mengambil permen cokelat mars melow dan juga es krim.

"Kok cuma itu aja ambil lagi dong."

Sedikit menyeringai Sanzu menggelengkan kepalanya, Ran cukup tau dia langsung ke kasir.

Dan disini Sanzu dibuat dak dik duk sama apa yang di beli Ran.

"Sayang itu semua buat apa?"

"Buat nanti malam apalagi?"

Ran membeli sutra, obat perangsang vibrator dildo, bahkan borgol pun di beli, untuk rokok dan bir itu wajar. Tapi alat seks ini.

"Kenapa diam gak suka."

"Suka kok cuma takut sakit."

"Tenang aku main lembut."

Sanzu hanya menggangu dia tau semua seme tidak dapat di percaya tapi dia juga tidak bisa bohong di tusuk itu sangat nikmat.

"Ayo kita makan."

"Hmm ayo."

Kebetulan karena sekarang mereka di Hokkaido Ran berencana makan king crab dan juga makanan khas lainya.

"Ran bagaimana kalo kita makan ramen di sini ramennya tidak kalah enak loh."

Ran yang mendengar kata rame jadi teringat, dulu dia sering sekali jahil terhadap Rindou gara-gara sang bungsu tidak mau berbagi ramen.

Rindou selalu berkata "Jangan makan ini punya Rin, Ran makan punya Ran."

Sedangkan Ran dengan enteng berkata. "Justru karena ini milik Rin, Ran minta dengan begini Ran bisa makan dua rame sekaligus."

Rasanya ingin sekali mengulang masa-masa indah itu, tapi Ran sadar itu mustahil karena dunia mereka berbeda, Rin sekarang sudah tenang di sana.

"Gimana Ran mau kan makan ramen."

Sadar akan lamunannya Ran hanya tersenyum, dia tidak menolak terlebih lagi dia juga kangen ramen kesukaan Rindou.

Setelah berjalan dua puluh menit akhirnya mereka sampai ke restoran ramen, Sanzu pesan tempat VIP khusus mereka berdua, sementara Ran sibuk memperhatikan menu rame dia hanya mau ramen kesukaan Rindou.

"Sayang ayo kita tempat duduk."

Sanzu berjalan duluan di susul Ran, sampai mereka berada di ruang yang cukup berkelas dan lumayan indah walau sebenarnya Ran lebih suka tempat yang sederhana karena itu mengingat dia dengan sang adik, tapi mau sampai kapan dia terlarut dalam kesedihan lagi pulang menangis hanya membuang waktu dan tenaga.

Berusaha menepis perasaannya Ran duduk di samping Sanzu, dan tak lama pelayan datang, bertanya apa pesanan mereka.

"ramen Asahikawa." Ucap Ran.

Ya itu adalah ramen kesukaan Rindou saat mereka masih kecil. Sangking sukanya Rindou tidak pernah mau mencoba jenis ramen lainya walau Ran menggodanya, tapi tetap aja adiknya tidak mau ramen lain selain ramen yang dia mau.

"Aku pun, sama Ikameshi, Rui-be, dan makan laut itu saja minumnya sake dan jus apel."

Setelah itu pelayanan menatap Ran.

"Sama bir dan juga jus alpukat jangan lupa puding coklat."

Sambil tersenyum pelayan itu pergi.

Akhirnya mereka malah wisata kuliner, Sanzu di sini senang bukan main dia lagi-lagi bahagia dan menyalakan Rindou karena tidak bunuh diri dari dulu.

Tapi ya sudahlah yang penting sekarang dia sudah berama laki-laki idamannya seseorang yang sayang dan pengertian, tidak seperti Mucho jahat dan kasar.

Sekujur Sanzu pernah jatuh cinta dengan Rindou, ya mungkin cuma Sanzu saja yang tau body hot Rindou. Walau culun Rindou sangat six pack tak hanya itu Rindou sangat sempurna tapi sayang dia miskin jadi Sanzu tepis perasaan nya.

"Dah lah lagian dia udah mati."

"Siapa sayang."

Sanzu hanya terdiam, dia tidak sadar melamun tentang Rindou saat Ran jelas-jelas ada di depannya ah sialan.

"Sayang habis ini kita ke hotel langsung ya aku capek."

Ran tidak menjawab, tapi dia merespon dengan mengusap wajah kekasihnya.

"Kamu nanti tidur aja ya sayang."

Setelah selesai makan, mereka segera pergi ke hotel. Seperti biasanya Sanzu pasti ngomel-ngomel sementara Ran senyum-senyum. Sampai mereka di hotel, tapi malam itu sedikit berbeda karena sebuah kain putih mendekap bibirnya sehingga kesadaran Sanzu menghilang.

Samar samar Sanzu melihat Ran menyeringai, sambil berkata. "Kau harus membayarnya."
















Hayo bayar bayar yang punya hutang bayar, oke command and like aku tunggu

See y...

Kalo ada typo kasih tau aku.

Who Are YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin