nine: my guardian angel

1K 122 161
                                    

\\Bangkok, Februari 2024

-

BECKY

I've got a slight headache.

Kami baru saja bertemu Mister Kavin, nyaris menghabiskan separuh hari di kamar kerjanya. Penyanderaan diprakarsai timbunan berkas dan temuan-temuan. Jika bukan karena CEO BTS Group Holdings itu mempunyai agenda meeting lain kurasa ini bukanlah hari keberuntungan kami.

Aku mendorong pintu kaca. Cepat, aku menggelongsor di kursi. Denyut di kepalaku semakin menjadi. Demi Tuhan, aku hanya ingin berteleportasi ke apartemen. Meringkuk di kasurku yang empuk. Syukurnya Bright tidak mengacau. Pemuda itu tidak banyak bicara. Barangkali Bright sama pengarnya.

"Bec ...."

Oh, no! Jangan sekarang. Baru juga dipuji. Ish. "Ya?"

Bright memutar kursiku. Kami berhadapan. Lelaki itu membungkuk selagi menekan lengan tempat dudukku. Mata Bright menyipit, menginspeksi. Shit, apa yang dia rencanakan?

Energiku terkuras habis—thanks to Mister Kavin, tetapi untuk meneriakkan sumpah serapah pada kekurangajaran Bright aku masih bisa mengumpulkannya. Aku menghitung dan mendelik waspada. Satu jengkal saja Bright menyentuh kulitku dia akan menerima penyesalan paling buruk seumur hidupnya.

"Minum dulu." Bright menyorong gelas di meja.

Eh? Aku pasti terlalu lelah untuk menginsafi niat baiknya. "Thank you."

Bright tersenyum. Dia tidak mengurai tatap dariku. Tampaknya Bright tidak begitu peduli gesturnya memancing salah tingkah. "Sebenarnya semakin berat pekerjaan ini semakin lekas kita kembali ke London."

Aku membuang napas dari mulut. "Mister Kavin sangat, umh, perfeksionis."

Tawa Bright berderai. "Dia tidak mungkin menjadi pengusaha gemilang bila bukan karena sifatnya yang demikian, Bec." Mengabaikan asas kesopansantunan tahu-tahu Bright menggasak puncak kepalaku. Mataku yang memelotot malah menjadikan gelaknya kian keras.

Darn it! Bright pikir aku perempuan macam apa?! Aku menyesal mengira dia berubah.

"Kita pulang sekarang?" Bright merapikan briefcase-nya. "And we'd better eat first."

Aku tidak keberatan melewatkan makan malamku. Sungguh. Apalagi jikalau mengiakan memberi Bright peluang besar melancarkan aksi-aksi nakalnya. No, thanks. Mmm, tapi, aku lapar. Tidak, aku punya stok mi instan. "Bright, sebenarnya aku ...."

Ting! Pesan masuk menginterupsi. Ponselku tergeletak di meja. PiFin? Tidak salah?


Freen Sarocha

Becca.

Freen Sarocha

Masih di kantor?

Freen Sarocha

Saya jemput, ya.


My guardian angel. Aku menggigit bibir, menjaga ekspresi. Easy, Becky.

Bright bisa kuurus kemudian. Jemariku mengetik dengan cepat. Ya, aku baru saja selesai, Phi. Kirim. Mataku bertubrukan dengan kilat penasaran Bright. Ups. Balasan berikutnya, kubilang, bisakah P'Freen menjemputku sekarang? Lebih cepat lebih baik. Tidak ada yang tahu, kan, Bright berencana menjamah bagian tubuhku yang lain setelah kepalaku?

Everything is Enough: Back to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang