Sepuluh.

15.8K 857 73
                                    

UKS menjadi gaduh karena Nathan yang langsung menendang pintu lantaran sangat sulit untuk dibuka. Petugas yang berjaga saja sampai terlonjak kaget. Dira yang berada di dalam pelukan cowok itu hanya mampu menutup matanya saja.

"Cepat, obati dia!"

Petugas yang ada di sana masih diam tidak mendengarkan. Nathan yang geram menggebrak nakas di samping brankar Dira.

"Lo pada denger, ga sih?" Sentak Nathan, kedua petugas yang diketahui adik kelas mereka buru-buru menyiapkan obat untuk Dira.

"Maaf, kak. Mungkin ini bakal perih," ujar Ayunda sebelum mengobati lengan Dira. Gadis itu mengangguk sambil menahan ringisan yang akan segera keluar dari bibirnya.

Gadis itu meringis saat obat itu mulai mengenai luka nya yang sudah mengelupas, Nathan dengan sigap mengelus tangan Dira yang tidak terkena kuah bakso.

"TOLONGG ADUH MANA NIH PETUGASNYA!"

Teriakan dari pintu membuat keempat orang yang berada di dalam terlonjak kaget. Terlihat Sonya yang sibuk mengarahkan Pak Malvan agar meletakkan Violetta hati-hati. Setelah mengucapkan terimakasih, Sonya lanjut mencari petugas penjaga UKS.

"Ini cuma dua doang petugasnya?" Tanya Sonya saat melihat dua petugas yang masih mengobati Dira.

"Sebentar Kak, ini tinggal di balut pakai kasa aja lukanya." Ayunda bergegas menuju ke brankar Violetta. Membiarkan Riana membalut luka Dira yang belum sempat dikerjakannya.

Setelah selesai, kedua gadis itu meninggalkan UKS lantaran jam tugas mereka sudah selesai. Ya bertepatan dengan bel pergantian les.

"Saya permisi," pamit pak Malvan setelah memastikan kedua muridnya itu sudah baik-baik saja.

Raut wajah Violetta berubah murung. Namun tak urung mengangguk karena tidak ingin mengganggu pekerjaan guru muda itu. Kini tersisa Nathan yang masih menemani Dira, dia terlihat enggan meninggalkan gadis itu.

"Lo ga ke kelas?" Tanya Dira sambil mencoba untuk duduk.

Nathan menggeleng. "Masuk gih, gue ga mau ngerepotin lo," tambah Dira lagi.

Akhirnya Nathan mengangguk setuju. Lagipula dia tidak memiliki hak untuk membantah gadis itu. "Yaudah, pulang sama gua."

Dira buru-buru menggeleng. "Nggak usah, gue bisa sendiri, kok."

Lagi lagi Nathan hanya mampu mengangguk. Setelah mengelus sekilas kepala Dira, dia langsung berlalu tanpa bicara lagi.

"Ra, Lo ga curiga sama perlakuan Nathan?" Tanya Sonya yang sedari tadi hanya mengamati.

"Lo tau Nathan?" Bukannya menjawab pertanyaan Sonya, gadis itu malah balik bertanya.

Sonya menatap Dira aneh. "Lo lupa ingatan? Nathan kan cucu pemilik sekolah ini, Abimana Djuanda." Jawab gadis itu sambil menjelaskan.

"Hehe, kayanya gue memang lupa ingatan, deh." Seloroh Dira membuat Sonya berdecak.

"Tapi kalo gue perhatiin, akhir-akhir ini Lo kelihatan aneh, Ra." Imbuh Violetta yang masih memejamkan matanya. "Gue ngerasa jauh sama Lo, padahal kita selalu dekat." Tambah Violetta.

"Hahaha," Dira terkekeh garing sambil menggaruk tengkuknya. "Perasaan Lo aja, kali." Jawab Dira sekenanya.

"Iya juga," Violetta mengangguk setuju. "Mungkin gue yang terlalu berfikiran terlalu jauh."

Selanjutnya, mereka menghabiskan waktu dengan bergurau. Sonya dan Violetta tertawa lepas melihat Dira yang ternistakan. Dira menatap mereka kesal, namun tak urung ikut tertawa melepaskan beban dalam dirinya.

Anindira's New WorldWhere stories live. Discover now