21-STATUS YANG DIRAHASIAKAN

713 115 139
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

_________

"Dalam hubungan, resiko yang akan terjadi harus ditanggung bersama-sama."

________

"Maaf." Lagi-lagi kata itu keluar dari mulut Rivan untuk ketiga kalinya.

Liona menghembuskan napasnya. "Maaf buat apa lagi?"

"Udah buat lo malu," lanjutnya diakhiri dengan kekehan.

Liona kembali malu dibuatnya, namun ia berusaha untuk menunjukkan ekspresi normalnya. "Iya, gapapa."

"Minggir ah, gue mau lanjut baca novel," suruh Liona karna Rivan yang masih setia memeluk tubuhnya dari belakang.

"Lima menit lagi," ucap Rivan sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Liona.

Liona menghela napas sambil menahan geli di lehernya. Ia membiarkan Rivan melakukannya.

Ia kembali bertanya-tanya dalam hati. Apa Rivan sudah mulai menyukainya? Atau mungkin ini hanya kepura-puraan saja? Untuk perasaannya, Liona sebenarnya sudah mulai jatuh hati pada Rivan. Keterbiasaannya akan kehadiran Rivan disisinya lama-lama mulai membuatnya terasa nyaman. Ia menyukai suaminya ini.

Liona ragu, apakah rasa ini hanya bertepuk sebelah tangan? Apa Rivan melakukan hal ini kepadanya tanpa perasaan? Namun rasanya tidak mungkin. Rivan akhir-akhir ini mulai menunjukkan sisi agresifnya. Liona merasakan ada perubahan dalam diri Rivan. Namun ia masih tidak yakin, Rivan menyukainya atau tidak. Atau mungkin Rivan malah sudah mencintainya?

"Ri-kyaaa!" pekik Liona saat sebuah benda tajam mengenai lehernya. Rivan terkekeh puas saat ia sudah menggigit leher putih milik Liona.

"Rivan, sakit!" decak Liona.

Rivan tersenyum miring sambil menatap wajah Liona dari samping. "Habis lehernya menggoda iman, sih. Gue gak salah dong, lehernya yang salah," ucapnya.

Liona sedikit tergelak akan penjelasan Rivan. Benar-benar benar tidak logis.

"Iya, tapi ini leher gue sakit!"

"Gapapalah, ini suami lo yang gigit."

Liona menghela napas, menyerah akan pembelaan Rivan. "Udah ah, lo mandi sana!" ujarnya sambil meraih kembali novel yang tadi sempat ia baca di atas kasur. Rivan melepas pelukannya.

"Lo juga belum mandi, kan?"

"Iya, gue mandi setelah lo."

"Bareng aja, biar hemat waktu." Rivan menaik-naikkan alisnya menggoda Liona. Liona langsung menatapnya horor.

"Gak ada bareng-barengan! Sana, lo mandi sendiri!"

"Jangan galak-galak, dong. Gue buntingin mampus lo," ucap Rivan sambil terkekeh, lagi-lagi langsung membuat Liona spontan membulatkan kedua matanya terkejut.

"RIV-"

"Iya, sayang, iya. Ini gue mandi," ujar Rivan sambil turun dari kasur. Ia meraih handuk dan berjalan memasuki kamar mandi. Liona mengenal makanya menahan malu. Namun berakhir dengan senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.

RIVANDO Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin