26-KECEWA

635 97 73
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

Tandai typo ✅

________

"Jika seseorang sudah menaruh kepercayaan kepadamu, maka jangan sia-siain."
________

"Yaampun, aku gak nyangka loh, kamu bakal ikut OSN juga, Na! Aku seneng banget!" ucap Naya ketika mereka sudah keluar dari kantor kepala sekolah.

Liona tersenyum. "Aku juga. Aku gak nyangka bisa diutus ke lomba kayak gini."

"Emang sih, Na. Nilai IPA kamu juga diatas rata-rata." Liona hanya tersenyum saja menganggapi.

Liam tiba-tiba berjalan menghampiri mereka. "Selamat buat lo berdua, dipilih jadi utusan sekolah buat OSN. Gue ikut senang."

"Makasih, Liam. Tapi ini gue masih belum menang, lo udah keburu ngasih ucapan selamat," kekeh Liona.

"Gue percaya lo bisa. Kalo lo menang, gue kasih hadiah, deh."

"Oh, ya? Apa tuh, kira kira hadiahnya?" tanya Liona.

"Ada deh, buat Naya juga gue kasih kalo menang."

"Iya deh. Um, Liam, lo gapapa kan, sama sikap Rivan tadi?" tanya Liona hati-hati.

"Gapapa, sans aja," jawab Liam, walau sebenarnya kemauannya berbeda dengan yang diucapkannya. Liona tersenyum mendengarnya.

Liam menatap Naya. "Oh iya, Nay. Bagi nomor lo biar gue bisa hubungin lo kalo misal ada jadwal bimbel," ucapnya sambil memberikan ponselnya

Naya mengangguk, lalu mengambil ponsel Liam, dan mengetik nomornya disana lalu menyimpannya. Ia pun mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.

"Ini."

"Thanks, ya. Tunggu info dari gue. Gue ke kelas dulu kalo gitu. Semangat buat kalian," ucap Liam sambil berjalan pergi dari situ.
Keduanya tersenyum.

"Yuk ke kelas," ajak Liona dan diangguki oleh Naya.

•••🍂•••

Sudah sepuluh menit Liona berdiri di halte menunggu angkutan umum datang. Tadi ia juga sudah memesan ojol, namun sudah ditolak beberapa kali karna berbagai alasan. Liona menghela napas lesu ke ujung jalan karna tidak ada tanda-tanda kendaraan lewat.

Tak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Seseorang dari dalam menurunkan sedikit jendela kaca mobil. Liona mengernyitkan dahinya sedikit bingung. Dan ternyata itu adalah Liam.

"Mau bareng, gak?" tawar Liam.

Liona tak segera menjawab. Ia mencoba berpikir untuk menerima tawaran Liam. Bagaimana kalau Rivan tau?

"Ini udah mau sore, Na. Dan gue liat-liat dari arah sana gak ada angkutan umum yang lewat. Bareng sama gue aja. Atau lo mau nunggu disitu sampai malam?"

Karna sudah lelah untuk menunggu, Liona pun langsung mengiyakan. Lagipula, ia juga sekarang sangat lapar. Jadi ia ingin agar cepat-cepat sampai ke rumah dan makan. Liona pun segera memasuki mobil Liam dan duduk di sebelahnya. Liam pun tersenyum dan melajukan mobilnya.

RIVANDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang