Fact

106 18 1
                                    

Siang hari ini, aku sedang duduk melamun di teras rumah. Entah kenapa firasat ku tentang perpisahan semakin datang...

Aku takut jika perpisahan itu memang akan benar-benar terjadi.

Tuk!

Seseorang tiba-tiba menepuk bahuku pelan, kutolehkan kepalaku keatas saat ketika langsung melihat Ilma datang kemudian duduk di sebelahku.
Ku buang wajahku cepat.

"Rini... Sejak kapan kau terinfeksi?" Tanyanya menggenggam erat tanganku.

"Aku tidak tau." Jawabku datar sembari menepis tangannya dari tanganku.

"Armand sudah bilang, dia mungkin bisa membuatkan penawarnya untukmu" Kata Ilma menatap lurus ke depan.

"Baguslah."

"... Ngomong-ngomong kau dekat sekali dengan Nathan dan Gibran, apa kau menyukai salah satu dari mereka?"

"Jangan ikut campur." Judesku tanpa mengalihkan pandangan padanya.

"Ibu berhak ikut campur" Tekannya dengan tatapan tajam.

"Huh..." Dengusku pelan.

"Siapa yang kau suka di antara mereka?" Ucapnya kembali ke pertanyaan awal.

"Aku tidak tau." Gelengku malas.

"Setidaknya kau ada niatan untuk menikah dari salah satu mereka berdua kan?"

"... Ya aku hanya akan menikah jika karena cinta saja." Tekanku basi dengan perkataan seperti itu.

"Apa kau akan menikah hanya karena cinta?" Ilma menatapku lekat.

"Ya, bukankah kau dulu juga begitu?." Ku putar bola mata malas.

"Kau salah besar Rini" Kekehnya disertai gelengan.

Untuk pertama kalinya aku memberanikan diri menoleh kearahnya, ketika sebuah kalung berbentuk hati terlihat di lehernya.

"Menikah karena cinta itu salah Rini---" Katanya diselipi senyuman tipis.
"---tapi menikahlah dengan seseorang yang akan membakar dunia untuk melindungi mu" Tangan Ilma langsung menggenggam erat kalung hati yang ia pakai.

Aku terdiam berpikir sejenak.

"Rini" Panggil Lucas datang, membuatku langsung bernapas lega.

"Ikutlah, magister Armand ingin berbicara denganmu" Ajaknya menatap Ilma sekilas.

Aku bergegas berdiri tanpa perkataan apapun langsung berjalan mengikuti Lucas. Didalam rumah, aku melihat Gio yang kini terbaring tidur diatas matras tampak sangat kelelahan.

Cklek!

Pintu terbuka, langsung memperlihatkan magister Armand yang sedang berdiri memeriksa beberapa cairan.

"Rini" Dia menoleh kearahku.
"Penawar ini akan berhasil jika di campurkan dengan cairan X atau cairan penggagal" Jelasnya tanpa basa-basi.

"Tapi, darimana kita dapat cairan itu?"

"Lab Miko" Jawabnya datar.

"Huh" Ku putar bola mata malas.
"Apa tidak ada jalan lain?"

"Tidak ada, hanya itu jalan satu-satunya" Bantahnya cepat.

"Tapi lab yang mana? Bukannya Miko punya banyak lab" Ku kerutkan alis bingung.

"Setahuku, ada cairan X yang disimpan Miko di lab tengah pulau" Potong Lucas.

"Ya, dan kalian harus pergi kesana" Magister Armand mengiyakan perkataan Lucas.

"Lalu... Soal Lion?" Ku alihkan pembicaraan, akan segera memikirkan kembali cara menyusup ke lab Miko nanti.

KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✅ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang