2

196 15 0
                                    

Kini heidan sedang membaringkan tubuhnya di kasur, kasurnya dan juga sang kakak, kenapa ia tidak berada di kamarnya sendiri??, jujur, sejak dulu heidan sangat takut di ruangan dan sendirian, ia pasti akan menangis, namun kadang ia juga berusaha melawan rasa takutnya pada sebuah ruangan.

Melvino sekarang tengah sibuk pada laptopnya, mengerjakan tugas kuliahnya yang besok harus segera ia setor kan. Heidan melihat sang kakak tengah sibuk, tiba-tiba ia berbicara, membuat konsentrasi kakaknya tiba-tiba buyar.

"Kalo nanti idan pergi dulu, kakak harus janji sama idan, jagain mama sama papa yaa kakk??".

"Pergi kemana??, bukannya tadi kamu bilang mau nemenin kakak??". Jawab melvino.

"Idar gatau, tapi rasanya idan bakal pergi nanti".

"Gausah aneh-aneh kalo kamu pergi kakak juga ikut pergi".

"Enggaa, gaboleh, nanti mama sama papa sendirian".

"Ngapain mikirin mereka??, mereka aja ga pernah mikirin kamu". Ucap malvino.

Ucapan malvino mampu membuat heidan terdiam, yang di katakan oleh kakaknya memang benar, orang tua nya tidak pernah memikirkannya, bahkan yang mereka pikirkan adalah melvino bukan dia, ia mulai berfikir, apa salah ia lahir ke Dunia ini?.

Melvino sadar atas apa yang ia katakan, ia langsung melihat raut wajah heidan yang seketika berubah menjadi murung, sepertinya ucapanya membuat sang adik sedih.

"Maaf, maafin kaka yaa??, bukan gitu maksud kakak, kalo mereka ga sayang sama kamu, kakak sama teman-teman yang lain sayang sama kamu idan".

"Jangan bikin kakak sedih juga idan, kamu kekuatan kakak satu-satunya, kamu yang udah bikin kakak bertahan sampai detik ini".

"Jangan pergi, jangan tinggalin kakak, kakak sayang sama kamu, selamanya kamu tetep adiknya kakak".

"Makasih kakak udah sayabg sama idan, sewaktu mama sama papa ga pernah anggap idan ada dalam hidup mereka".

"Cuma kaka yang selalu ada di saat idan sedih hiks....".

"Jangan nangis, kata kak rey tadi apaa, gaboleh cengeng". Ucap melvino.

"Emmm, idan ga nangis kok".

"Yaudah sekarang kami tidur ya, kakak masih harus selesai in ini dulu".

"Emmm iyaa kakak".

Setelah itu heidan merebahkan tubuhnya lalu memjam kan matanya, sedangkan melvino ia kembali fokus pada layar laptopnya, heidan belum tidur, ia menangis tapi matanya masih terpejam, ia seperti itu sangat lama, sampai akhirnya ia tertidur sendiri.







******






Di sebuah rumah yang cukup besar, terdapat keluarga yang sedang berkumpul, namun dirinya tidak di izinkan untuk bergabung dalam perbincangan hangat itu.

Cakra, hanya diam memandangi ruangan keluarga yang sangat ramai di isi oleh ibu, ayah dan adiknya, mereka tertawa bersama, bercerita bersama, tapi tidak dengan Cakra, mereka seperti tidak pernah menganggap Cakra adalah anak mereka, sang ayah yang seharusnya ada di pihaknya, namun malah tidak pernah menyayanginya.

Laki-laki berkulit putih itu tidak pernah menginginkan dia di lahirkan, bahkan ia tidak pernah menginginkan dirinya hidup di dunia, Cakra tau dia dilahirkan karena kesalahan urang tuanya, sang ayah yang tidak sengaja menghampiri seseorang dan dengan terpaksa harus menampung dan menghidupi Cakra.

"Kenapa ibu ga pernah jemput Cakra??".

"Cakra juga mau ngerasain gimana bahagianya bicara bersama-sama, gimana bahagianya saat kita bercanda bersama".

7 people with 1 dream (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें