3

161 15 1
                                    

Jemian sampai di rumah, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sang ibu yang kini sedang duduk membaca koran dengan teh manis di sampingnya, jemian dengan segera menghampiri sang ibu, ia juga ikut duduk di samping sang ibu, dan mulai berbicara.

"Mamaaa". Ucap jemian.

"Hmmm, kenapa??".

"Maa, jemi sakit".

"Besok sembuh jemii, kamu jangan kaya anak kecil, kamu itu sudah besar, sekarang lebih baik kamu mandi, bersih-bersih abis itu makan".

"Jemi gamau makan maa".

"Makan, kamu harus makan, buruan bersih² sana".

"Maaa-".

"Mama gasuka di bantah jemiian!!".

"Hmmmm".

Jemian langsung bangkit dan pergi menuju kamarnya, lalu mulai bersih² setelahnya ia turun dan makan, ia tidak mau membuat sang ibu marah-marah maka dari itu ia sangat nurut dengan apa yang di katakan oleh sang ibu.

Jemian sangat menyayangi sang ibu, tapi sepertinya ibunya hanya menyayangi sang ayah, jemian hanya di anggap sebagai seorang anak saja, hanya anak, jemian tidak pernah mendapatkan perhatian lebih dari sang ibu.

Disisi lain jenggala, ia pulang namun lagi dan lagi ia melihat pertengkaran orang tua nya, dengan cepat ia berlari melindungi tubuh sang ibu dari pukulan ayahnya.

"Papa stopp, kasihan mamaa, papa apa-apaan sihh??".

"Anak kecil??, apa urusan mu sialan??".

"Pergii". Ucap sang ayah

"Mama ga salah, papa yang setiap hari selingkuh sana sini sampe bikin mama marah".

"Jaga ucapan kamu sialan, dasar sialannn, ga berguna kamu, ayoo bangun".

Dengan cepat jenggala diseret oleh sang ayah dan dapat di pastikan jika dia akan mendapatkan pukulan yang setiap hari menjadi menjadi menu utama jika ia pulang kerumah, jenggala tidak pernah melawan sang ayah, jika ia melawan sang ibu pasti akan marah padanya.

Sialnya jenggala menurut ia membiarkan tubuhnya hancur di pukul oleh sang ayah, tidak peduli dengan rasa sakitnya, namun yang terpenting bukan sang ibu yang do pikul oleh ayahnya.

Setiap hari ia selalu merasakan sakit di badanya, tidak pernah tidak, setiap hari yang ia lihat hanya pertengkaran orang tuanya, entah itu masalah kecil yang di besar²kan oleh sang ibu alhasil membuat ayahnya marah besar.










Disini di rumah besar sudah terdapat sepasang suami istri yang sedang duduk manis di ruang keluarganya, melvino, dan heidan berjalan masuk, namun kala heidan berjalan menuju kepada Mama dan papanya melvino malah pergi menuju tangga dan meninggalkan adiknya di bawah.

"Mamaaa, papaaaa".

"Hmmm??".

"Idan hari ini cape bangettt, boleh idan cerita ma, paa??".

"Kalo cape istirahat bukan cerita idan". Ucap sang mama.

"Tapi idan mau cerita mamaaa, boleh yaa??".

"Lebih baik kamu pergi istirahat, jangan terlalu banyak berbicara, kalo cape istirahat". Ucap sang papa yang mampu membuat wajah ceria heidan menjadi masam seketika.

"Tapi idan mau cerita, idan pengen cerita sama mama papa kaya orang-orang". Ucap heidan menahan tangisnya.

"Kamu bilang cape kan tadi??, jadi istirahat, sana". Ujar sang mama

Heidan hanya diam lalu dengan segera ia pergi dari ruang keluarga itu, menuju ke kamar pribadi miliknya, ia menangis, kenapa tuhan tidak mengizinkan dirinya bahagia??, kenapa ia harus menanggung rasa sakit ini??.

7 people with 1 dream (END)Where stories live. Discover now