bab 5 hukuman

6 4 0
                                    

Satu dentingan notifikasi masuk kedalam ponsel Husni. Ia segera mengeceknya mumpung ibu Endang sedang diluar.

‘Pacar lo lagi berantem nih sama murid baru’

Saat membacanya tanpa pikir panjang Husni langsung pergi meninggalkan kelas. “Husni mau kemana?” tanya Farhan pada Alvin yang dibalas gedikkan bahu tanda tak tahu. Rupanya Husni bukan langsung ke tempat kejadian melainkan Husni mencari Bu Endang. Ia mencari guru killer untuk memisahkan mereka.

“Bu kelas 12 MIPA 2 ada yang berantem.” Ucap Husni dengan tenang. “Kok kamu tahu?” ucap Bu Endang tak percaya. “Saya lihat sendiri.” Jawab Husni tanpa pikir panjang. Bu Endang segera menuju kelas yang disebutkan Husni dan pria itu ikut berjalan dengan santai di belakang guru itu. Dan benar saja saat Bu Endang dateng sesi jambak menjambak belum selesai teman-teman yang lain bukan melerai malah memanasi keadaan. “Woi ada Bu Endang, masuk cepet!” teriak salah satu siswa disana. Lea, Shela dan Velisa kaget tiba-tiba ada guru paling galak disekolah ini dan ada Husni dibelakangnya.

“Kalian bertiga ikut saya ke ruang BK!” ucap Bu Endang dengan nada tegas.
•••
“Jelasin kenapa kalian bertiga bisa begini?.” Ucap Bu Endang dengan nada dingin. Jujur saja, AC di ruangan ini memang dingin, namun lebih dingin hawa ketika Bu Endang sudah marah. Gebrakan meja secara tiba-tiba membuat ketiganya terjolak kaget.

“Apa mau langsung ibu hukum agar kalian mau bicara?” Ketiganya hanya bisa membisu bersamaan, beda seperti tadi yang ribut kencang-kencangan. “Baiklah, kalian bertiga ibu hukum jemur lari 5 kali putaran lapangan setelah itu berdiri di depan tiang bendera dengan hormat sampai jam 7 selesai.” Ucap Bu Endang menjabarkan hukumannya.

“Bu Shela dulu yang dorong-dorong aku. Apa aku salah kalo aku bales sebagai perlindungan?” kini Velisa menyalahkan Shela, padahal dia sendiri yang mulai. “Kok gue? Bukanya lo yang duluan dorong gue??” balas Shela tak terima. “Gausah ngarang cerita lo!” Velisa membalasnya lagi. Karna suasana mulai memanas lagi Bu Endang menggebrak meja untuk kesekian kalinya.

“Ibu minta kalian jelasin masalahnya. Bukan saling menyalahkan seperti ini!” Lea yang jengah dan tidak ingin diperpanjang ia mengalah untuk menjelaskannya. “Ini masalah sama saya sebenernya. Jadi tolong hukum saya saja.”

“Loh kok-“ belum sempat Shela protes Lea melanjutkan lagi ucapannya. “Kalau ibu mau tau detail masalahnya saya bisa ceritakan. Tadi pagi saya tidak sengaja menumpahkan minuman ke Velisa, wajar kalau Velisa marah pada saya. Bodohnya saya melawan Velisa dan berakhir Shela yang turun tangan tak terima jadi kita semua berantem Bu. Sebelumnya saya minta maaf ya Velisa. Saya mohon pada ibu untuk mempertimbangkan hukuman apa yang saya dapat.” Kebohongan apa ini??? Shela dan Velisa tidak kalah kagetnya mendengar cerita palsu dari Lea. Aneh nya Bu Endang seperti percaya-percaya saja.

“Suruh jelasin begitu saja tidak ada yang mau. Ibu hari ini kecewa sama kamu Velisa. Selama ini kamu belum pernah masuk ruangan ini, tapi kenapa hari ini kamu masuk dengan masalah? Kamu seharusnya mengerti untuk tidak berkelahi, kamu sudah besar, apa tidak malu Velisa? Oh bukan untuk Velisa saja, yang lainnya juga. Kalian sudah besar, apa tidak malu berkelahi seperti itu? Jambak-jambakan seperti anak kecil.” Omel Bu Endang.

“Hukuman kalian bertiga lari 3 kali lapangan. Dan untuk kamu Lea, berdiri di lapangan sampai jam ke-7 selesai mengerti?” Hukuman yang Bu Endang kasih untuk ketiganya. “Bu, gabisa gitu kita-“ Saat Shela hendak membantah tangannya langsung ditarik oleh Lea untuk keluar.

“Udah ga usah di perpanjang, ribet nanti. Lagian gue gak akan kenapa-kenapa. Yuk buru lari sebelum Bu Endang ngomel lagi.” Ada rasa bersalah menjalar di batin Shela. Seharusnya ia tidak melawan Velisa tadi. Jika tidak melawan, kita tidak dihukum seperti ini.

LeandraWhere stories live. Discover now