bab 14 alvin

8 5 0
                                    

“Bokap gue.” Ucap Shela final. Alvin tampak kaget mendengarnya. Ternyata ayahnya sendiri yang menyiksanya. Seorang pria menyiksa seorang wanita? Di mana tidak rendah drajat seorang pria jika seperti ini. Seharusnya anak perempuan itu dijaga bukan disakiti seperti ini. Mengapa Ayahnya terlalu enteng tangan pada anaknya sendiri.

“Lo gabisa kan bunuh bokap gue Vin?” ucap Shela sembarang. “Shel, jangan gegabah.” Alvin tercengang mendengar ucapan Shela yanh seperti itu. “Kenapa Vin? Sebelum bokap bunuh gue, dia harus mati duluan biar gue tetep hidup Vin.” Racau Shela.

Alvin kini mengusap-usap bahu Shela yang bergetar. “Gue tau lo sebenci itu sama bokap lo, tapi lo jangan sampai gegabah Shel. Dia itu bokap lo, yang buat lo ada didunia ini.”

“Yang buat gue ada disini cuman mamah Vin. Mamah yang rawat gue dari kecil sampe nafas dia habis ditangan cowo brengsek. Ayah gue dateng pas mamah gue udah mati. Ternyata dia yang bikin mamah gue sengsara selama ini. Dia yang udah hambur-hamburin duit buat nyenengin lonte! Gue benci sama bokap gue Vin... gue pengen dia mati aja! Gue udah ga peduli lagi!”

Dari yang Alvin dengar Shela seperti sudah muak sekali dengan hidupnya. Alvin kini membantu Shela untuk bangun, disini lembab Alvin mengajak Shela untuk beristirahat. Alvin dengan hati-hati memapah Shela menuju kamarnya. Saat sampa sudah seperti kapal pecah, semuanya berantakan. Shela panik, ia takut dress yang ia gantung menjadi mangsa ayahnya. Dan benar saja, dress itu sudah robek, hati Shela hancur. Ia langsung menangis kencang sambil memeluk dress itu erat-erat.

Alvin ikut sedih melihatnya, ia melangkah mendekati Shela yang terududuk lemas disana sambil menangis. Alvin mendekapnya perlahan, ternyata Shela tak memberontak ia sudah pasrah sekarang. Alvin peluk dengan kasih sayang, menyalurkan pelukan hangat pada gadis itu agar bisa sedikit tenang.

“Vin, ayah jahat sama gue... ini pemberian bunda sebelum dia pergi, tapi kenapa dirusak begini...” isak Shela, “Ini berharga banget...” Alvin bingung harus bagaimana, tak lama kemudian ada Lea yang memasuki kamar Shela. Lea langsung memeluk menenangkan Shela, Alvin keluar ruangan dengan perasaan berkecamuk. Ia seperti gagal menjadi seorang pria.

•••

Hari ini hari acara sekolah, semuanya mempersiapkan untuk malam ini. Lea dan Husni sudah seperti pasangan serasi, ia sudah gladi bersih dan siap untuk tampil malam ini. Sedangkan Shela, hari ini ia tak berangkat sekolah, sepertinya masih kacau. Vino sudah diberitahu dengan kembarannya jika kemungkinan Shela tak menghadiri acara aniv malam ini.
Saat pulang sekolah Alvin tak ikut mengumpul dengan Husni dkk, Alvin langsung segera pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah ia langsung mencari mamahnya. “Mah, mamah punya dress yang bagus ngga?” mamahnya heran menanggapi anaknya yang satu ini. Kadang Alvin memang di luar nalar, berbeda dengan Vino. “Buat apa kamu nya? Mau pake dress ke acara sekolah nanti malem?” tanya Mamahnya memastikan.

“Bukan buat Alvin. Tapi buat temen Alvin.” Ucap Alvin meluruskan. “Kasihan mah, dia udah punya dress tapi malah di robek-robek sama ayahnya. Kalo mamah punya, Alvin boleh minjem?” Gadis paruh baya itu kini masuk ke kamarnya, mencari dress yang mungkin akan diberikan pada gadis itu.

Mamahnya kini keluar dengan membawa dress hitam ditangannya. Alvin melihat dress itu, namun dalam hati Alvin merasa tidak cocok dengan Shela. “Mah kayaknya ini kebesaran deh, badan Shela kecil.”

“Yaudah ka-“ belum sempat mamahnya menyelesaikan ucapannya, Alvin langsung mengambil kunci mobil nya lalu pergi. “Mah, Alvin pergi dulu.”

Alvin tiba-tiba teringat dengan satu toko butik langganan mamahnya. Mungkin jika ia kesana, Alvin menemukan dress yang cocok untuk Shela. Baru saja Alvin memasuki toko, matanya sudah tertuju dengan dress hitam dengan panjang di atas lutut. Alvin membayangkan jika dress itu di pakai oleh Shela, gadis itu akan terlihat manis. Alvin ambil dress itu lalu membayar, Alvin yakin Shela akan memakainya malam nanti.
Alvin kini sudah berdiri di depan rumah Shela. Rumahnya tampak sepi, seperti tidak ada orang. Alvin mengetuk pintu rumah Shels berharap gadis itu muncul di hadapannya. Tidak ada sahutan dari pemilik rumah, Alvin kini mencoba membuka pintu rumahnya ternyata tidak di kunci. Kening Alvin mengerut, ia tiba-tiba merasa khawatir pada gadis itu. Alvin langsung masuk mencari keberadaan Shela.

“Shel lo dimana?” kini Alvin berjalan menuju dapur dan benar saja dugaan Alvin gadis itu tengah memasak di dapur. Shela berbalik badan kaget melihat pria bertubuh besar tengah menatapnya.

“AAAAA MALING!!!” teriak Shela terkejut. “Stop! Ini gue Alvin! Enak aja gue di bilang maling.” Ucap Alvin tak terima. “Bisa ga sih masuk rumah orang salam dulu??? Lagian lo kayak maling masuk rumah orang sembarangan!” balas Shela tak mau kalah.

“Gue udah teriak-teriak, bahkan sampe gedor-gedor pintu. Lo nya aja yang budeg!” Shela menghembuskan nafasnya sebal. “Terus lo ngapain kesini?” tanya Shela pada Alvin.

“Gue mau kasih ini.” Tunjuk Alvin menyodorkan paperbag hitam. Shela tak kunjung menampani paperbag yang di bawa Alvin. Pria itu kini meraih tangan gadis di depannya agar mengambil tas itu.

“Pakai ini. Nanti malem gue jemput. Lo jadi patner gue nanti malem.” Ucap Alvin membuat kening Shela berkerut. “Ini apa?” tanya Shela. “Coba deh sekarang lo pake dress nya, cocok atau ngga. Kalau misal kurang nyaman kekecilan atau kebesaran bilang sama gue.” Titah Alvin pada Shela. “Kenapa lo kasih ini ke gue?” tanya Shela tak mengerti dengan pria di depannya ini. “Gue mau lo dateng ke acara sekolah nanti malem Shel. Gue mau lo yang jadi patner gue. Gue udah bilang ke Vino kok, dan dia oke oke aja.”

Shela meraih tangan Alvin lalu mengembalikan tas itu. “Seharusnya lo ngga usah kasih gue ini. Gue emang ngga mau dateng Vin, gue kehabisan tenaga buat dateng ke acara itu.” Lirih Shela pelan. Dari raut wajahnya memang pucat dan letih, seperti orang kecapaian. Tapi Shela bisa menyembunyikan itu.

“Shel... lo masih gak mood  ya gara-gara kejadian kemarin?” tanya Alvin hati-hati takut Shela marah. “Gue gak kenapa-kenapa kok. Gue cuman ngga mau ketemu siapa-siapa dulu sebenarnya. Cuman lo yang ngga tau diri masuk rumah orang sembarangan...”

“Shel sorry.” Alvin kini memberikan tas yang ia pegang itu pada Shela secara paksa. “Mau lo ikut acara itu atau ngga, lo harus tetep ambil dress ini ya? Gue maksa banget nih!” ucap Alvin dengan nada candaannya. Alvin benar-benar bisa mencairkan susana. Bagi Shela, Alvin adalah pria freak yang menyebalkan. Namun sekarang Alvin nampak seperti pria dewasa. “Oh iya Shel, kalo lo mau ke acara itu kabarin gue ya, biar gue jemput. Sekarang gue pamit pulang, jangan lupa makan. Muka lo pucet.” Setelah mengatakan itu Alvin pun pergi meninggalkan Shela yang mematung. Entah kenapa hati nya berdetak lebih cepat dari pada biasanya.

•••
Malam itu tiba, Shela sudah memutuskan untuk tetap di rumah. Walaupun ia sudah memiliki dress dari Alvin, tapi ia masih ingin dengan kesendiriannya. Memang egois kelihatannya, tapi Shela tak menginginkan hal itu.

Shela takut Alvin menunggunya, jadi gadis itu mengabari Alvin jika ia tetap memilih untuk tetap di rumah malam ini. Tapi tanpa di sangka mobil hitam kini terparkir di halaman rumah Shela dengan rapih. Shela kaget, apakah dia salah bicara tadi saat di telfon? Shela rasa tidak, tapi mengapa Alvin datang ke rumahnya.

Alvin datang bukan dengan sendiri, melainkan ia membawa banyak makanan. Shela sendiri heran, mengapa Alvin membawa makanan sebanyak ini ke rumahnya. Siapa yang akan makan semua nya?

“Gue gak minta lo buat datang ke rumah gue?” ucap Shela bingung dengan kedatangan Alvin. “Tau” balas Alvin dengan wajah tanpa dosa nya. “Terus lo ngapain?” kini Shela makin bingung dibuatnya. “Nemenin lo. Lo kan gamau dateng ke acara, yaudah kita party sendiri aja.”

“Gue makin kesini makin ngerasa aneh sama lo Vin.” Ucap Shela tanpa basa-basi. “Aneh kenapa emang nya?” kini Alvin yang bergantian bertanya. “Kenapa lo deketin gue? Apa setelah lo tau gue yang begini, lo jadi ngerasa kasihan sama gue? Gue ga butuh di kasihanin.”

“Lo salah besar Shel. Gue gada pikiran kesana-sana. Gue yang mau deketin lo, apa salah ya seorang cowok tiba-tiba deketin cewek?”

LeandraWhere stories live. Discover now