bab 11 kemidi

3 6 0
                                    

Tepat pukul tujuh malam, Husni sudah sampai di rumah Lea. Ia meminta izin pada Ranti untuk mengajak Lea keluar. “Husni sering-sering kesini ya? Sering-sering ajakin Lea keluar, biar tau tempat daerah sini.” Pria berbadan jangkung dengan hodie hitam mengangguk mengiyakan permintaan Ranti.

Mereka berdua kini memasuki area pasar malam. Ada kemidi yang lumayan besar berdiri kokoh di tengah-tengah. Warna yang cantik membuat Lea ingin menaikinya.

“Hus hus mau naik itu?” tanya Lea. “Lo manggil gitu kayak ngusir kucing aja.” Protes Husni. “Loh kan bener nama kamu Husni. Terus manggil nya apa? Ni Ni?? Kayak nini nini aja.”

“Panda.” ucap Husni secara tiba-tiba yang membuat Lea langsung menatap Husni cengo. “Gue panda, lo bintang laut. Bintang laut mau naik kemidi? Yuk naik, udah lama si panda ini ngga naik kemidi.”

Degupan hati Lea berdetak lebih cepat dari biasanya, tidak pernah ia merasakan hal seperti ini. Apakah ia tidak salah dengar seorang Husni memanggil nya ‘bintang laut’? Sudah lama sekali ia tidak mendengar panggilan itu, apalagi Husni yang memanggilnya.

Tak ada jawaban dari Lea, Lea yang sibuk menatapi nya sedari tadi membuat Husni bingung. Tanpa pikir panjang, Husni langsung menggenggam tangan Lea untuk mengajaknya ke area kemidi.
Kemidi diputar, saat mereka sampai atas, mereka bisa melihat pemandangan pasar malam yang nampak ramai. Begitu pula rumah-rumah yang berjejer rapih disebelah sana.

“Husni hari ini aneh.” Ceplos Lea. Orang yang di sampingnya ini menoleh ke arah Lea. “Aneh kenapa?” Lea menggedikkan bahu nya, “Gatau aneh aja rasanya.” Saat melihat balasan Lea, Husni reflek terkekeh sambil mengacak-acak rambut Lea. Demi apapun Lea langsung ngefrezz sendiri. Dia tidak pernah seperti ini dengan lelaki, tetapi Husni? Yang sahabat kecilnya berani merusak poni kesayangan?? Lea tak bisa marah, namun wajahnya memanas, pipinya mulai memerah.

“Kalo gue aneh ya wajar Le, soalnya gue aneh cuman ke lo doang.” Ucap Husni meluruskan. Dia sendiri juga merasa dirinya aneh jika didekat Lea. Ada rasa debaran yang cepat, nervous , kaku dan yang paling sering Husni rasakan.... ia ingin sekali mencubit pipi tembam Lea, namun ia tak berani.

“Berarti aku bawa pengaruh jelek dong, soalnya bikin kamu aneh.” Ucap Lea polos. Kemidi telah turun kebawah, sudah bagian Lea dan Husni yang keluar. Kini sekarang gantian Husni yang mengedikkan bahu, ia langsung meninggalkan Lea duluan tanpa membalas ucapan Lea yang tadi.

Mereka berkeliling pasar malam, memainkan beberapa wahana. Kebetulan Husni memenangkan satu permainan dan Husni mendapat hadiah boneka panda, kebetulan sekali bukan? Husni memberinya pada Lea. Husni bilang, “Hadiah ini buat lo aja, sapa tau lo ga bisa ketemu gue lagi- lo bisa liat panda ini. Panggil aja panda ini pake nama gue, Husni.” Lea menolaknya, ia mengembalikan boneka itu pada sang pemilik awal. “Aku ga butuh boneka panda ini, sekarang aku udah ketemu kamu. Aku gamau kamu kemana-kemana lagi. Aku cuman mau panda asli yang berwujud manusia, bernama Husni. Itu aja ga lebih!.” Namun percuma saja, seberapa banyak nya Lea menolak, lebih kerasan Husni memaksa.

“Manusia ngga ada yang abadi, Le. Gue cuman mau minta lo jaga boneka ini aja. Ambil ya? Anggep aja hadiah pertama dari gue, hadiah pertama kita temenan lagi.” Ucap Husni dengan sorot mata yang berbeda. Yang ini lebih hangat, tidak sedingin sedatar biasanya. Lea mengalah, ia mengambilnya.

“Oke, kali ini aku terima. Kalo aku kangen kamu, aku gabisa ketemu kamu, aku bisa peluk dan ajak ngobrol dia.” Peluk Lea pada boneka panda. Husni terkekeh-kekeh, ia reflek mencubit pipi Lea. “Ya ngga di ajak ngobrol juga kali Le” Lea ngefrezz untuk yang sekian kalinya. Tapi dengan cepat Lea memarahi Husni. “Jangan cubit-cubit Husni!!! Sakit tau!” ucap Lea sebal. “Bodoamat wleee” Husni lari sambil menjulurkan lidahnya. Lea yang tak terima kini ikut mengejarnya. Dua seakan milik berdua. Lea rindu Husni yang seperti ini.

•••

Bulan bertambah terang, Langit mulai mengggelap. Husni tidak ingin membawa gadis keluar malam terlalu lama. Ia cepat segera memulangkan gadis yang sedang duduk di jok belakang motornya. Sudah wajah Lea sudah terlihat lelah karna main kejar-kejaran tadi untung saja besok hari libur sekolah, Lea bisa istirahat penuh di rumah.
“Le.” Panggil Husni pada Lea. Cewe itu berdeham tanda mendengar panggilannya. “Nanti pas acara aniv sekolah, kamu pasangan aku ya?”

Ada dua hal yang Lea kaget. Yang pertama adalah Husni mengajaknya menjadi patner aniv nanti. Yang kedua adalah Husni menggunakan kosa kata ‘aku’ dan ‘kamu’ tak biasa Lea mendengar hal itu. Makannya Ia merasa sedikit aneh.

“Le?” panggil Husni sekali lagi. “Iya Panda, aku denger kok.” Ucap Lea sedikit menahan senyumnya. “Sih? Kenapa ngga jawab?” . “Sebentar ya, aku pikir-pikir dulu.”

“Gausah mikir lagi, tinggal jawabnya iya.” Ada sifat tengil yang Lea ingin lakukan sekarang. “Loh kan aku yang ditanya, kenapa kamu yang protes?” “Yaudah daripada kamu bingung sekarang aku kasih pilihan. Pilihan nya ‘Iya’ atau ‘mau’ “ Lea tanpa berpikir panjang langsung mengatakan ‘atau’ yang membuat Husni memasang wajah datarnya lagi. Untung saja sekarang ia sedang menggunakan helm, jadi Lea tak bisa melihatnya.

Husni kini telah sampai dirumah Lea, ia berpamitan pada Ranti. Lea mengantarnya sampai depan rumahnya. “Gada pilihan ‘atau’ berarti kamu mau.” Setelah mengatakan seperti itu, Husni bersiap-siap untuk menyalakan motornya. “Gue pamit pulang, jangan tidur malem-malem.” Husni mulai menjalankan motornya lalu detik berikutnya Husni sudah menghilang dari pandangan Lea. Hari ini adalah hari paling aneh bagi Lea.
•••

LeandraWhere stories live. Discover now