Episode 03

57 47 13
                                    

JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Jam istirahat telah tiba, semua murid berbondong-bondong menuju kantin.

Layaknya murid yang lain, Nara juga berniat pergi ke kantin untuk memberi makan para cacingnya yang sudah berdemo sejak tadi. Tetapi, ketika Nara baru beranjak dari kursinya tiba-tiba tangannya dicekal.

"Nar!" ujar Dhara mencekal tangan Nara dan seketika Nara membeku di tempat dia berdiri.

"Gue minta maaf Nar!" mohon Dhara. Nara menghembuskan napasnya kasar, dan mulai membuka suaranya.

"Lo tau kan Dhar, seberapa besar usaha gue buat ngejauhin dia?" Lalu Nara memutar badannya menghadap Dhara.

"Gue gak peduli lo mau ngomong panjang lebar sama dia. Tapi tolong! jangan ketika ada gue," lanjut-nya menatap lekat Dhara.

"Na -nar," cicit Dhara terbata-bata.

"Jujur Dhar, gue cemburu dengar dia cuman manggil lo. Padahal, gue juga ada di sana, disamping lo," tekan Nara dengan mata berkaca-kaca di setiap kata yang di lontarkan nya.

Dhara mulai mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk dan menatap tepat pada netra hitam yang mulai berembun.

"Gue terlalu naif. Padahal jelas-jelas sampai kapanpun dia gak bakal noleh kearah gue, tapi bodohnya gue, gue masih menyimpan rasa...."

Dia menjeda ucapannya dan menghela napas sebentar untuk menetralkan rasa sesak di dadanya.

"Rasa yang paling gue benci sedari dulu," lanjut Nara. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes, tapi semuanya sia-sia.

"Dan lebih bodohnya lagi, gue masih berharap dia menoleh dan lari memeluk gue seerat-eratnya, seakan-akan dia takut kehilangan gue." Pada akhirnya air mata Nara tidak dapat dibendung lagi.

Setelah menyelesaikan ucapannya, dia melangkah keluar dan mengusap air matanya dengan kasar.

"Nara, gue minta maaf, gue janji gak bakal kayak tadi lagi!" mohon Dhara, merasa menyesal.

Untuk kedua kalinya, Dhara membuat sahabatnya meneteskan air mata dan itu karena alasan yang sama. Karena merasa bersalah, matanya pun berkaca-kaca dan air matanya mulai luruh satu persatu.

Nara yang mendengar suara sesenggukan langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Dhara yang sedang menangis.

"Kok lo malah ikutan nangis sih," kesal Nara karena melihat sahabatnya menangis. Tapi meskipun begitu, dia tetap mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata sahabatnya.

Seketika Dhara terkesiap atas perlakuan Nara kepadanya. "Lo udah maafin gue Nar?" tanya Dhara dengan hati-hati.

Nara menatap Dhara lekat-lekat lalu mengangkat alisnya.

"Siapa bilang?" ucap Nara. Seketika, Dhara yang mendengar ucapan Nara mulai menundukkan kepalanya kembali.

"Kecuali, kalau lo mau traktir gue permen mungkin gue gak bakal marah lagi sama lo," sambung Nara dengan menyunggingkan senyum kemenangan. Jarang-jarang kan dia bisa mengerjai sahabatnya seperti ini.

Detik dan DetaknyaWhere stories live. Discover now