JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌●○●○●○
"Thanks Dhar, nanti lo jemput gue lagi ya!" Nara keluar dari mobil Dhara.
Dhara mengiyakan kemudian segera pergi dari rumah Nara.
Setelah memastikan mobil Dhara tidak terlihat lagi, Nara bergegas masuk dan langsung pergi menuju kamarnya.
Tanpa mengganti seragamnya lebih dulu, dia langsung merebahkan diri di kasur dan bermain handphone.
Tak lama kemudian, matanya melirik jam dinding yang sekarang menunjukan pukul setengah empat.
Lantas Nara mematikan handphone-nya dan segera bangkit melangkah ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Sore ini dia punya janji jalan-jalan dengan Dhara dan mentraktir sahabatnya.
"Bunda, nanti Nara mau pergi ke pantai sama Dhara boleh gak?" tanya Nara kepada Bunda-nya yang sedang duduk menonton televisi.
Anita menoleh ke arah Nara. "Boleh, nanti pulangnya jam berapa?."
"Kayaknya habis Isya' langsung pulang deh Bun. Soalnya badan Nara juga lagi capek."
"Kalau capek ya istirahat, ini malah main ke pantai segala."
Anita heran dengan anak perempuan satu-satunya ini. Dimana-mana orang kalau capek ya istirahat, tiduran, atau rebahan.
Dan tumben juga jam segini Nara mau keluar, biasanya kan dia lebih suka hibernasi di kamar.
"Nara juga butuh healing Bun, untuk menyegarkan pikiran," balas Nara.
"Ya sudah. Nanti kalau berangkat hati-hati ya!" Anita tersenyum hangat dan mengelus lembut rambut Nara.
"Kamu kesana sama Dhara kan?" Anita bertanya kembali.
"Iya dong Bun, teman aku kan cuma dia, nanti Dhara juga yang bakal jemput aku."
Benar juga. Selama ini Nara tidak pernah membawa teman-nya ke rumah, selain Dhara.
"Kalau begitu, sekarang kamu makan dulu gih!"
"Enggak deh Bun. Aku mau makan di sana aja, biar nanti perut aku gak kekenyangan dan muat makan banyak," tolak Nara halus, mendapat anggukan dari sang Bunda.
Tidak lama kemudian. Terdengar suara nyaring dari arah pintu yang mengagetkan ibu dan anak itu.
"PERMISI PARA PENGHUNI RUMAH. DHARA CANTIK ANAK MAMAH DIANA DATANG."
Teriak Dhara berjalan memasuki rumah dengan suara cempreng-nya yang berhasil membuat seisi rumah menutup telinga masing-masing.
"Lo emang gak ada sopan-sopannya ya. Emang lo kira rumah gue hutan, hah?" omel Nara menghampiri Dhara dengan wajah garang.
"Santai dong Nar. Perasaan, tadi gue udah sopan loh, karena udah nyapa semua penghuni yang ada di rumah lo." Dhara menggaruk tengkuknya bingung.
Nara benar-benar kesal dengan makhluk satu ini, yang sialnya adalah sahabatnya sendiri.
"Dasar lo burung Dhara, gue goreng juga lo lama-lama," kesal Nara.
Ketika Dhara mau membalas kekesalan Nara. Muncul Anita dari belakang Nara, sehingga dia terpaksa menelan kembali semua umpatan yang akan dia lontarkan.
"Eh Bunda. Lama gak ketemu, makin cantik aja. Bahkan, kayak lebih muda dari anaknya," puji Dhara dengan memasang senyum lebar.
Bunda tersenyum menanggapi candaan Dhara, sedangkan Nara sudah menampilkan wajah masam.
YOU ARE READING
Detik dan Detaknya
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 "𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊" 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚞𝚔𝚊𝚒𝚖𝚞. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜, 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝟻 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚒𝚗𝚒?" Nara mer...