JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌●○●○●○
Setelah dari kantin Nara dan Dhara pergi menuju kelas. Mereka berdua bercanda di sepanjang koridor kelas, hingga memancing atensi murid-murid lain.
"Lo tau gak Nar?" tanya Dhara.
"Gak," jawab Nara cepat. Dhara menatap kesal sahabatnya yang benar-benar menyebalkan.
"Gue kan belum selesai ngomong."
Nara behenti, lantas dia berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya yang lepas.
"Emangnya, lo mau ngomong apa?" Setelah cukup rapi, dia berdiri kembali dan melanjutkan jalan-nya.
"Lo tau gak?, tadi pas di lapangan Pak Savin itu marah-marah!" ujarnya dengan raut muka serius.
"Kok bisa?" Nara memutar tubuhnya menghadap Dhara, dengan sebelah alis terangkat.
"Semua itu karena pujaan hati lo sama terman-temannya. Padahal mereka semua tuh belum penilaian, eh, malah pada pergi ke kantin, alhasil pak Savin emosi dong. Dan sekarang mereka semua lagi di hukum."
Setelah menjelaskan panjang lebar cewek itu langsung menghirup udara dengan rakus.
"Gue gak punya pujaan hati ya!" Dengan mata melirik sinis Dhara.
"Terus siapa tuh, yang dulu nangis kejer pas dengar dia punya pacar," cibir Dhara.
Nara menghela napas kasar. Kenapa juga si Dhara ini masih ingat kejadian itu, jadinya sekarang dia gak bisa mengelak.
"Waktu itu gue khilaf, jadi gak usah diingat lagi!"
Dhara memutar matanya malas, dia sudah bosan dengar alasan klise itu.
"Halah, mungkin kalau dengar kabar gitu lagi, nanti lo juga bakal nangis bombay lagi," cecar Dhara sinis.
"Yang pentingkan, gue gak pernah suka sama suami orang!" balas Nara, menekan kalimat
terakhirnya."Kok lo ngungkit itu lagi sih!" Dhara melotot lalu menghentakkan kakinya kesal.
"Saat itu gue gak tau kalau dia udah punya istri, jadi jangan salahkan gue!" tuturnya menjelaskan.
"Tapi gue gak nyesel sih suka sama tuh orang. Udah ganteng, badannya macho lagi, idaman gue banget," lanjutnya membayangkan orang itu dengan mata melirik ke atas langit-langit.
"Tobat Dhar!, masa lo mau jadi pelakor sih." Nara menabok pundak Dhara untuk menyadarkannya.
"Yakali gue jadi pelakor, mubazir dong muka cantik gue."
"Cih, pede banget lo," ejek Nara sambil menggelengkan kepalanya. DIa tidak habis pikir dengan sahabatnya satu-satunya ini.
Di tengah candaan mereka tiba-tiba Dhara menghentikan langkah-nya tepat di depan kamar mandi.
"Lo duluan aja, gue mau ke toilet bentar."
"Mau ngapain?"
"Biasa, panggilan alam," jawab Dhara dengan cengengesan, lalu segera pergi menuju toilet.
"Ya udah deh, kalau gitu gue duluan ya!"
"Oke, hati-hati. Kalau dikasih permen sama om-om jangan mau!" teriak Dhara dengan tawa kerasnya.
"Gue bukan anak kecil burung Dhara!" tekannya.
Nara menggelengkan kepalanya mermandang kearah perginya Dhara, kemudian dia tersenyum tipis dan berjalan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚝𝚊 "𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊" 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚑𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚞𝚔𝚊𝚒𝚖𝚞. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜, 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚞 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝟻 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚒𝚗𝚒?" Nara mer...