Episode 11

39 33 3
                                    


JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○


Sore itu Nara masih berada di wilayah sekolah, padahal semua teman-temannya sudah pulang sejak tadi. Bahkan kini area sekolah sudah mulai sepi.

"Kenapa lo bodoh sih Nar, lihat sekarang, lo mau pulang pakai apa?"

Masalah-nya tadi pas berangkat sekolah dia diantar oleh abangnya, dan sekarang dia baru sadar kalau lupa membawa handphone untuk menghubungi sang abang.

"Masak gue harus jalan kaki sih." Dia menghentakkan kakinya kesal.

Masih dalam posisi berdiri di depan gerbang sekolah, dia terdiam dengan pandangan kosong.

"Kenapa sih lo itu hobi banget bikin diri sendiri sengsara," cecarnya lesu dengan menghela napas panjang.

Kemudian dia berjalan pelan menuju halte bis yang letaknya lumayan dekat dengan sekolah. Setelah itu dia langsung duduk dan menenggelamkan kepalanya di pangkuan kaki dengan bergumam merutuki kebodohannya. Cukup lama dia bertahan diposisi itu, sampai....

"Ngapain lo disini?"

Tiba-tiba muncul suara cowok yang terdengar familiar di telinga Nara, dia mengangkat kepalanya guna melihat siapa pelaku yang menegur dirinya.

"Ra-zka." Nara tergagap dan heran bersamaan. Mengapa dia masih ada di sekitar sini padahal tadi lapangan sekolah sudah sangat sepi, bahkan kayaknya cuma dia yang masih berada disekolah, pikirnya.

"Gue nanya, ngapain lo disini?"

"Gue gak bawa handphone."

"Terus?"

"Jadi gue gak bisa nelpon orang rumah buat jemput gue."

Setelah mendengar jawaban dari cewek itu, Razka berjalan menuju tempat motornya terparkir, kemudian dia menaiki dan memasang helm ke kepalanya.

Di sisi lain, Nara terdiam memandangi apa yang Razka, dia menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan cowok itu.

"Ayo!"

Mendengar seruan Razka, Nara langsung membulatkan matanya dengan pandangan bertanya-tanya.

"Hah?"

Razka menghela napas sabar. "Mau pulang kan?"

Nara mengangguk ribut, karena nyatanya dia benar-benar ingin segera pulang.

"Ya udah cepetan naik!" titah Razka rada ngegas.

"Ta-pi." Karena langit sudah mulai gelap jadi Nara takut kalau naik motor berdua saja dengan cowok itu. Razka yang tau dengan arah pikiran Nara, lantas memutar matanya malas.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain lo, jadi cepetan naik!"

"Iya bentar," jawab Nara gagap. Jujur, dia sedikit takut dengan raut wajah Razka.

"Pakai!" Razka menyerahkan jaket hitamnya.

"Gak usah nanti lo kedinginan."

"Gue kuat gak kayak lo, cengeng."

Nara mencebikkan bibirnya sebal. "Gue gak cengeng ya!"

"Terus siapa yang kemaren nangis pas hujan," gumam Razka pelan.

"Hah lo ngomong apa?" tanya Nara memastikan. Sebab dia seperti mendengar Razka berbicara tapi tidak jelas sebab dia sedang fokus mengenakan jaket, sehingga tidak terlalu memperhatikan Razka.

"Gak, gue gak ngomong apa-apa, cepet naik!"

"Iya-iya sabar!"

"Susah banget sih," batin Nara. Karena posisi motor yang cukup tinggi membuat dia kesulitan untuk naik.

Detik dan DetaknyaWhere stories live. Discover now