Episode 13

71 55 4
                                    


JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA🔥
Typo, koreksi📌

●○●○●○

Sepulang sekolah. Nara asik berguling-guling di kasurnya dengan pikiran yang masih sama, yaitu bagaimana cara dia mengembalikan jaket itu tanpa harus bertemu dengan pemiliknya.

"Sial, gue harus gimana?" tanya Nara pada dirinya sendiri.

Kamar yang tadinya terlihat rapi, kini sudah seperti kapal pecah, sebab badan Nara dari tadi tidak bisa diam berguling ke sana kemari. Selimut dan bantal yang semula berada di atas kasur, sekarang sudah berhamburan di lantai.

Nara diam sebentar. "Gue kan udah tau alamatnya."

"Eh, tadi kata Reizo nama jalannya apa ya?" Dia bangun dari tidurnya, kemudian duduk dan berusaha mengingat ucapan Reizo.

"Arghh, kenapa gue mesti lupa sih." Rambut Nara sekarang sudah seperti sarang burung, sedari tadi dia tidak berhenti mengacak-acak karena frustasi.

Tangan yang dari tadi mengacak rambut akhirnya diam, dan tidak lama muncul ide di kepalanya.

"Nah, dari pada gue gabut di rumah dan frustasi mikirin cowok gila itu, mending gue ke rumah Dhara, gue kan belum jenguk dia dari kemaren."

Nara langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap ke rumah Dhara. Setibanya di depan rumah Dhara, dia langsung menghampiri satpam yang berjaga.

"Pak Toni, apa kabar?"

Pak Toni yang entah sibuk melakukan sesuatu, langsung mengalihkan atensinya ke arah sumber suara.

"Eh, non Nara. Alhamdulillah kabar saya baik, non Nara pasti mau ketemu sama non Dhara ya?"

"Iya pak, dari kemaren Dhara sakit, tapi saya baru sempet ke sini sekarang. Dia ada di rumah kan, Pak?"

"Iya, non Dhara ada di rumah. Tadi pagi, Nyonya juga pulang buat ngecek keadaan non Dhara, tapi siangnya, beliau kembali ke luar kota."

"Berarti, sekarang Dhara sendirian lagi dong, Pak? Kasihan, mana lagi sakit."

"Ya gak sendirian juga, kan masih ada bik Narsih yang nemenin,"

Nara menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu, saya masuk ya Pak."

"Oh iya, Non. Silahkan." Pak Toni langsung membukakan gerbang untuk Nara, dan mempersilahkan dirinya masuk. Tak lupa Nara juga mengucapkan terima kasih kepada pak Toni.

Kini Nara sudah berada tepat di depan pintu utama rumah Dhara, dia langsung memencet bel rumah. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka oleh bik Narsih selaku pembantu di rumah Nara.

"Assalamu'alaikum, Bik," sapa Nara.

Dia lalu menyalami tangan bik Narsih yang masih memegang sapu. bik Narsih yang tau Nara mau menyalami tangannya, dia langsung memindahkan sapu ke tangan yang sebelah.

"Wa'alaikumsalam, Non. Mari masuk!" jawab bibik dan mempersilahkan Nara masuk.

"Iya, Bik. Gimana keadaan Dhara, Bik?"

"Non Dhara sudah mendingan. Tadi non Dhara sebenarnya mau ke rumah non Nara, tapi saya larang."

"Nah, bener Bik, kalau perlu jewer juga." Nara mendukung tindakan bik Narsih. "Sekarang dia lagi di kamarnya kan, Bik?"

"Iya, non Nara langsung naik aja! Pasti non Dhara seneng banget lihat non Nara datang."

"Ya udah, saya izin ke kamarnya Dhara ya, Bik."

Detik dan DetaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang