B

154 39 6
                                    

Jongin menangis lagi, kali ini bukan karena teman-teman Baekhyun ataupun teman-teman sekolahnya. Ini sudah jam pulang sekolah, dan pemuda itu baru saja tiba di rumahnya. Namun, yang membuatnya menangis adalah bagaimana ia yang dicerca beribu makian dari ayahnya karena melihat Jongin pulang dengan tubuh basah kuyup.

"Brengsek, apakah kau tidak bisa tak membuat masalah sehari saja?!" Marah tuan Kim melihat betapa menyedihkan Kim Jongin.

"Ayah-"

"Brengsek, lebih baik kau mati saja sana. Menyusahkan saja!" Setelah itu sang ayah pergi meninggalkan Jongin yang kembali menjatuhkan air matanya lagi.

Ah, kata-kata itu sudah hampir setiap harinya ia dengar, namun masih saja terasa sangat sakit baginya.

Jongin menyeka air matanya dan masuk ke dalam rumah. Disana terlihat sang kakak yang menatap Jongin kasihan. Pria yang lebih tua tiga tahun itu tersenyum mengejek pada adiknya.

"Dikerjai lagi, heh?" Senyum sang kakak terlihat senang melihat rupa Jongin sekarang.

"Sepertinya si Byun itu benar-benar membencimu. Selamat menikmati penderitaan itu, Jongin." Dan setelah itu sang kakak menghilang di balik pintu kamarnya.

Jongin menghela nafasnya melihat sifat kakaknya yang tak jauh beda dengan ayahnya. Mereka selalu menyudutkan Jongin.

Kejadian ini sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. Saat sang ibu meminta bercerai dengan sang ayah dan memilih hidup sendiri. Dan kehidupan Kim Jongin pun berubah. Sang ayah menyalahkannya karena sejak kelahirannya kehidupan keluarga mereka sudah retak karenanya. Dan kakaknya, Kim Minho yang menganggap sang adik sebagia hama yang sangat ingin di bunuhnya, kalau tidak ingat bahwa sang ibu begitu menyayangi Jongin.

------

Pukul 7 malam dan Jongin bergegas memakai hoodienya. Ia memiliki shift malam untuk menjaga sebuah minimarket yang tak jauh dari rumahnya. Tepatnya berada di pertigaan gang di depan jalan masuk rumahnya. Butuh sekitar 10-15 menit untuk sampai kesana hanya dengan berjalan kaki.

"Selamat malam, Jong." Sapa Yohan yang baru saja melepas rompi milik minimarket itu. Rompi berwarna merah itu Yohan sodorkan pada Jongin.

"Lagi?" Sebut Yohan sambil menunjuk sudut bibir Jongin yang sobek dan sebuah lebam disudut pelipis kirinya.

Jongin yang mendengar pertanyaan Yohan hanya tersenyum kecil. Yohan yang melihat itu memang telah memaklumi hal itu, dalam pikiran seorang Kang Yohan, Jongin yan selalu penuh luka karena pemuda itu memang suka berkelahi.

"Sebaiknya gunakan penutup mata dan plester ini, setidaknya menyamarkan pelipis serta matamu yang bengkak." Ujar Yohan menaruh kekhawatiran apabila bengkak di mata Jongin semakin parah.

"Kalau kau mau, ambillah es disana untuk mengompres matamu itu. Aku akan menggantimu untuk menjaga kasir."

Jongin kembali tersenyum dan kali ini lebih lebar. Pemuda tan itu mengangguki setiap perkataan Yohan dan mulai mengikuti segala suruhan pemuda bersurai caramel itu.

"Ah, thanks." Yohan yang mendengar itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

-------

Jongin pulang dari shiftnya sekitar pukul 4 pagi. Dengan pelan-pelan pemuda tan itu naik ke atas kamarnya dan mengerjakan tugas rumah yang memang belum di kerjakannya. Setidaknya ia tak ingin beasiswanya di cabut karena menjadi siswa pemalas.

Setelah mengerjakan tugas rumahnya, Jongin menatap ke meja belajarnya dan melihat jam yang sudah pukul 5 pagi. Tubuh itu ia regangkan, Jongin tersenyum kecut melihat bingkai foto yang ada di atas meja belajarnya. Potret keluarga bahagia itu yang selalu Jongin rindukan.

"Ibu, aku merindukanmu." Bisiknya mencoba menahan rasa sakit akibat mengingat kenangan-kenangannya bersama sang ibu.

------

Jongin berangkat ke sekolah dengan tubuh yang lemas, rupanya karena shift kerja malamnya membuat dirinya semakin lemas. Apalagi pagi ini Jongin melewatkan sarapan paginya karena melihat ayah dan kakaknya yang menatapnya dingin. Sudah jelas bagi Jongin untuk cepat-cepat keluar dari rumahnya sebelum mendapat makian oleh ayahnya itu.

"Apa aku bisa makan siang nanti, ya?" Monolognya pada diri sendiri setelah ia duduk di bangkunya.

Jongin menoleh pada bangku milik Baekhyun dan menemukan pemiliknya belum tiba di sekolah. Dan Jongin sedikit bernafas lega, meski ia tahu ia sangat merasa bersalah membuat pemuda mungil itu menjadi pincang.

"Apa aku membeli roti saja selagi belum bel masuk?" Monolongnya lagi dengan tatapan polosnya.

Merasa masih ada waktu, Jongin bangkit dari duduknya dan pergi untuk membeli roti.

Namun belum juga ia keluar dari kelas, seseorang menyenggol kakinya sehingga Jongin jatuh tersungkur di lantai lorong kelas.

"Akh!" Pekik Jongin yang merasa dada serta sikunya sakit akibat menahan bobot tubuhnya.

"Ups, aku tak melihatmu tadi Kim." Seru Hoshi dengan senyum evilnya.

Jongin yang mendengar itu hanya berusaha memakluminya dan bangkit dari jatuhnya. Pemuda tan itu menatap Hoshi dalam diam setelah itu pergi meninggalkan lorong kelasnya. Lebih baik mencari makan untuk menambah energinya kalau-kalau Baekhyun dan teman-temannya ingin mengerjainya lagi.


--------
Tbc

Ps. Kemarin kelupaan buat updet chap ini jga.. sorry guys, hope you enjoy with this chapie 😘


With love,
Khey NocQend

My Little EscapeWhere stories live. Discover now