G

135 33 8
                                    

Kedua manik kelam itu mengedipkan matanya kala mendapatkan dirinya kembali masuk rumah sakit lagi. Ia ingat sekali kejadian yang baru saja menimpanya dan hampir saja dengusan sebal dikeluarkannya kalau tidak mendengar suara ribut disampingnya.

"Kau sudah sadar." Seru Kim Minho, pria itu menuangkan segelas air dan menyodorkannya ke arah sang adik.

"Tanganku sakit." Ujar sang kakak melihat tak ada pergerakan dari sang adik.

"Ah, maaf." Ujar Jongin dan segera mengambil gelas itu dan meminum airnya, "terima kasih."

Tidak menjawabnya, Kim Minho memilih mengambil gelas itu kembali dan meletakkan di meja sebelumnya. Pria yang lebih tua itu segera beranjak dan duduk tak jauh dari kasur Jongin. Menyeret kursinya lebih dekat dengan jendela.

"Kau beruntung tidak mati tadi. Ucapkan terima kasih pada Yohan, dia menyelamatkanmu." Ujar Minho dengan senyum mengejeknya.

"Ya, akan aku lakukan." Seru Jongin pelan.

"Kau akan mati setelah ini dari ayah. Dia membencimu."

"Aku tahu itu."

"Dan aku juga membencimu."

"Aku juga tahu."

"Berhentilah menyusahkan kami, bodoh."

"Ya."

"Jangan menjawab perkataanku, brengsek!"

"Maaf, hyeong."

"Cih."

Kedua saudara itu terdiam cukup lama. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apa kau menjual tubuhmu pada teman-teman kayamu di sekolah?" Tanya Minho masih menatap keluar jendela.

"Aku? Tidak. Tidak pernah. Siapa yang mengatakan itu."

"Cih, jangan menipuku. Lalu siapa mereka."

"Siapa?"

"Tiga orang bodoh yang selalu datang saat kau berakhir mengenaskan di rumah sakit, bodoh. Kemana saja otakmu selama ini, itu saja kau tidak tahu."

"Oh, mereka bukan temanku. Aku tidak mengenal mereka." Jawab Jongin lesu.

"Kau mencoba menipuku lagi, kau pikir aku bodoh. Apa kau tidak bisa mencari alasan yang lebih bagus lagi." Dengus sang kakak menatap adiknya jijik.

"Jual saja tubuhmu itu dan jangan pernah kembali ke rumah lagi. Itu lebih baik daripada kau tinggal dan menjadi beban untuk kami."

"Aku minta maaf, hyeong." Seru Jongin menundukkan kepalanya berusaha menahan air matanya.

"Dasar cengeng. Mati saja kau." Umpat Minho dan bangkit dari sana. Keluar dari ruangan itu.

".... Maafkan aku, hyeong. Maaf..."

---------

Hari sudah beranjak malam, matahari telah digantikan dengan temannya sang bulan. Jongin masih dengan posisinya setelah kepergian sang kakak. Pikirannya berkeliaran kemana-mana dan hatinya menjadi sangat lelah. Ucapan-ucapan sang kakak membuatnya menjadi semakin lelah. Pikirannya menjadi semakin rumit mengingat perkataan sang kakak. Nafasnya bahkan sedikit memburuh karena menahan pikiran-pikiran itu.

"Aku juga lelah. Kenapa kalian tidak pernah melihatnya..."

Srek!

Pintu kamar inapnya bergeser menandakan seseorang masuk ke dalam ruangannya.

"Kau belum tidur?" Pertanyaan itu membuat Jongin menampilkan ekspresi anehnya.

"Kakak kembali?"

"Lalu aku harus kemana bodoh? Ayah menyuruhku menemani orang bodoh sepertimu karena dia sibuk diluar sana." Ujar sang kakak melangkah dan duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya.

My Little EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang