I

156 24 8
                                    

Sehun menatap Hoshi dan kawan-kawannya dengan tatapan membunuh. Ia baru saja membereskan mereka yang telah menyakiti Jongin. Pemuda albino itu menatap tajam pada kawanan Hoshi dan segera mendengus kasar.

"Kulihat kalian masih melakukannya, kalian akan mendapatkan yang lebih buruk dari ini." Ujarnya meninggalkan mereka.

Baekhyun hanya bisa menghela nafasnya melihat kebrutalan Sehun menghukum teman-temannya.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak bermain dengannya lagi? Kenapa kalian masih menyakitinya. Aku tak bisa membela kalian lagi. Permainan telah berakhir." Ujar Baekhyun setelah itu ikut meninggalkan teman-temannya.

"Kau terlalu kasar, bung." Seru Chanyeol melirik teman-teman Baekhyun sebelum mengikuti kedua saudara sepupu itu.

"Kalau kau merasa aku terlalu lembut, kau bisa melanjutkannya." Sinis Sehun.

"Tidak. Aku senang, setidaknya aku tak buang-buang tenaga." Tawa Chanyeol menampilkan deretan gigi rapinya.

"Brengsek kau." Ujar Sehun sambil mendorong temannya itu.

"Lalu bagaimana dengan Jongin? Apa kalian tidak ada niat untuk melihatnya lagi?" Sambung Baekhyun.

"Kalau kau berani mendekati kakaknya aku siap menemuinya." Ujar Chanyeol yang mendapati pelototan ngeri dari Baekhyun.

"Sialan kau." Umpat Baekhyun emosi.

"Hehehe...."

------

Kim Jongin bahkan tidak sadar bahwa malam kemarin sang ibu datang menjenguknya. Menemaninya sampai pagi sebelum pergi karena memiliki urusan mendadak. Pun Jongin tak diberi tahu oleh sang ayah ataupun sang kakak. Kedua orang itu terlihat dingin ketika Jongin menyapa mereka saat bangun dari tidurnya. Pikirnya mereka mungkin bertengkar karena dirinya lagi dan semua itu membuat Jongin sedikit sedih. Karena itu ketika hari berikutnya, ia lebih memilih pulang ke rumah, tak ingin membebani kelurganya lagi.

Kim Jongin pun pulang dari rumah sakit setelah mendapat beberapa perawatan dan juga telah mendapat ijin dari dokter yang merawatnya. Dirinya juga tak ingin menyulitkan sang kakak yang kemarin sudah datang dan memarahinya karena selalu saja terluka dan merepotkan mereka. Tubuhnya sangat lelah dan pemuda itu berniat untuk pulang dan membersihkan diri dan segera tidur. Keadaannya memang belum pulih betul, namun sekali lagi ia ingat bahwa ia lagi-lagi tak boleh menyulitkan keluarganya.

"Mau kemana kau?!" Suara itu mengagetkan Jongin yang baru saja akan keluar dari rumah.

"Ugh, hyeong..." tatapan Minho pada Jongin terlihat sangat sengit membuat pemuda itu gugup.

"Jawab aku." Ulang sang kakak yang belum juga mendapat jawaban dari adiknya itu.

"Itu... Jongin ingin pergi bekerj-"

"Masuk." Potong Minho berdiri di depan Jongin membuat anak itu bungkam dan merasa takut.

"Apa yang kau tunggu, masuk kembali. Apa kau tidak mendengar apa kata dokter kemarin? Jangan membuat kegaduhan lagi dan kembali ke kamarmu." Seru Minho lagi dan berjalan mendekati Jongin, pria itu menutup kembali pintu dan mendorong adiknya masuk kembali.

"Pergi sekarang atau kau mau aku pukuli." Serunya yang membuat Jongin sadar dan bergerak untuk kembali ke kamarnya lagi.

Siang hari itu Jongin hanya duduk di rumah seperti orang bodoh, anak itu bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini selain pergi ke sekolah, Jongin akan menghabiskan waktunya bekerja part time. Jongin hanya tidak terbiasa berdiam diri di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Karena itu, ketika anak itu melihat sang kakak keluar dan sang ayah belum pulang dari kerja, Jongin memilih keluar hanya untuk mengunjungi mini market tempatnya bekerja. Mungkin ia bisa bertemu Yohan dan menjahili temannya itu.

-------

"Jongin?!" Yohan memekik kaget melihat si tan yang memasuki minimarket tempat mereka bekerja.

"Hai." Sapa jongin dengan senyum lebarnya.

"Sialan, apa yang kau lakukan disini. Bukankah kau masih sakit? Bos akan marah kalau melihatmu datang kesini." Ketus Yohan melihat Jongin yang mendatangi kasir dan melihat minimarket itu yang terlihat sepi pengunjung.

"Sepertinya siang ini masih sepi pengunjung. Jadi, bos ada di dalam?" Tanya anak itu masa bodoh dengan omelan Kang Yohan padanya. Anak itu baru saja menaruh sebotol yogurt untuk diminumnya.

"Kau!" Yohan kembali mengomel tapi tangannya tidak tinggal diam dan mulai bekerja untuk menyalin barcode botol yogurt itu.

"Aku bosan dirumah. Mereka melarangku keluar bahkan untuk bekerja, aku baru saja menghirup udara segar ini dan kau malah mengusirku. Betapa kejamnya." Anak itu pura-pura sedih dan merogoh saku jaketnya, mengeluarkan uang lembaran dan memberikannya pada Yohan.

"Pulanglah dan jangan berkeliaran di luar. Kau ingin dibunuh kakakmu lagi, belum puas yang kemarin." Yohan masih dengan pendiriannya dan mencoba mengusir Jongin.

Anak itu hanya meringis mendengar perkataan temannya itu dan mengangguk pelan.

"Setelah aku sembuh,  aku akan kembali dan membayar hutangku. Maaf membuatmu kerepotan."

"Bukan masalah, sekarang pulanglah." Dengus Yohan menatap tampang Jongin yang terlihat merasa bersalah padanya.

"Aku pergi." Pamit Jongin.

"Ya, pergilah. Pulang kerumahmu sekarang." Usir Yohan saat melihat Jongin memampilkan senyum lebarnya sekali lagi.

Yohan tidak ingin membuat Jongin bekerja disaat anak itu baru saja sembuh dan pulang dari rumah sakit. Melihat situasi keluarga mereka yang kemarin cukup rumit, seharusnya Jongin memiliki banyak waktu untuk istirahat dan menenangkan diri. Apalagi sang kakak, Kim Minho yanh cukup keras pada Jongin.

Yohan masih menatap kepergian Jongin sebelum pemuda itu mengalihkan atensinya pada seorang pengunjung yang baru saja meletakkan sebotol minuman isotonik didepannya. Senyum pengunjung itu padanya membuat Yohan menyerit aneh.

--------

Sehun menatap lurus pada rumah di depannya itu, sudah 15 menit ia tiba di tempat itu namun belum ada niat ia keluar dari mobilnya. Pemuda albino itu terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Seketika senyum nakalnya keluar dan ia mengangguk pelan entah pada siapa.

"Kenapa aku tak memikirkan ini sebelumnya." Dengusnya merasa bodoh.

"Target telah ditemukan, ayo kita menikmatinya." Senyumnya semakin lebar saat mengingat rencana apa yang dipikirkannya.

Selagi bernostalgia dengan pikiran-pikiran entah apa itu, pemuda itu tak sengaja melihat siulet pemuda tan yang terlihat berjalan santai tak jauh dari tempatnya memarkir mobilnya.

"Jongin."

Yang disebut terlihat melangkah dengan santai dan memasuki pekarangan rumahnya. Terlihat anak itu masih berlama-lama di halaman rumahnya dan membuang botol minuman kosong sebelum merogoh kantong jaketnya.

"Lucunya." Dengus Sehun keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri pemuda tan itu. Melihat bagaimana anak itu terlihat kesusahan mengambil benda apa yang dimasukan secara sembarangan kedalam kantong jaketnya.

"Hai."

---------
Tbc



Ps. Mentok sampai sini, saya tidak memiliki ide untuk menambahkan apa-apa. Garing, bukan? Sebenarnya ad hal menyedikan dari chapter ini, krna sebagian draf hilang dan sya cukup sibuk 2 minggu ini.. sya haya bisa memperbaiki semampu saya untuk chapter terbaru ini krna kehilangan mood untuk menulis... maafkan kelemahan saya yg satu ini 🤧🤧




With love,
Khey NocQend





My Little EscapeWhere stories live. Discover now