[ 14 ] ❤

26.4K 2.1K 284
                                    

Masih di posisi yang sama sebisa mungkin Azura mengendalikan rasa malunya terlaupau bahagia membuatnya dalam masalah kali ini.

Baju di tagannya dengan cepat lansung ia simpan kembali ke dalam kotak. Ya ampun! sekalinya di beri hadiah malah membuatnya trauma.

Jelaslah ia syok masih belum siap memakai Baju setipis itu sekali pakai lansung rusak. Tapikan memang begitu konsep bajunya.

Bagi Max saat ini jantungnya berdetak cepat, di seratai rasa haus yang tiba tiba datang tenggorokkanya terasa kering udaranya terasa panas bahkan suara deru nafasnya bisa terdengar.

Azura tidak sepolos itu ia menyadari apa yang terjadi dengan Suaminya apa lagi wajahnya memerah hingga ke keleher. Max menghindari kontak mata mereka. Bukankah Max sudah katakan ia tidak ingin memaksa istrinya walaupun saat ini ia tersiksa menahan sesuatu.

Apa lagi suasananya yang mendukung berdua di kamar dengan pintu yang terkunci. Azura mengigit bibirnya cemas. Apa yang harus ia lakukan jika sudah begini.

Max menyadari kegelisahan Azura tentu berbanding terbalik dengan dirinya yang menginginkan sedangkan istrinya tampak belum siap. Ia yang dewasa di sini di bandingkan istrinya yang masih bertingkah sepeti anak kecil di matanya.

Max dengan pelan menarik tubuh Azura masuk dalam pelukannya ia hanya ingin menghilangkan keresahan Azura"Aku tidak akan melakukannya sekarang sayang. jadi tenanglah tidak perlu khawatir"ucap Max. Sedangkan Azura semakin merasa bersalah di pelukan Max.

Menurutnya Max bohong berkata begitu pasti ada rasa kecewa memenuhi hatinya. namun Max tak memusingkan hal itu dan malah menghiburnya. Atau lebih tepatnya Max selalu mengedepankan persaan orang yang di cintainya di bandingkan dengan dirinya sendiri dan hal itu membuat hati Azura merasa tersentil.

Bukankah terkesan Egois jika ia menolak, Max saja selalu memikirkan perasaanya sedangkan dirinya?

Lagipun mereka sepasang suami istri sudah pasti akan melakukan hal itu. Azura meremas baju Max merasa kesal terhadap dirinya sendiri.

"kenapa kamu begitu baik Lian? Kamu selalu mementingkan keinginanku di bandingkan ke inginanmu sendiri"

Max menunduk mengecup pucuk kepala Azura. tangan besarnya beralih mengusap punggung tangan istrinya itu, yang tengah mencengkram bajunya erat. "karena aku mencintaimu Azura. Aku bersabar hanya untukmu. kamu hanya melihatku di dalam satu sisi sayang. jika kamu melihatku di sisi yang lain mungkin kamu akan takut jika mengetahuinya. Sifatku tidak sesabar itu Azura" batin Max.

Azura lansung menggenggam tangan Maxmillian"berikan aku sebuah alasan kenapa kamu malah diam Lian?" menuntut jawaban, Max ingin hubungan mereka semakin dekat layaknya suami dan istri."Aku mencintaimu Azura, Aku hanya ingin kamu selalu nyaman berada di dekatku tanpa memikirkan beban apapun itu" ungkap Max. Mata mereka saling terkunci terutama mata coklat Azura yang berkaca kaca.

Cinta yang di miliki Max begitu besar untuknya.

                            *****

"Tuan saya sudah mendapatkan data mengenai istri tuan Maxmilliam"

Sean memutar kursi, menghembuskan asap rokok yang di hisapnya menerima Map yang di sodorkan dari tangan kanan kepercayaanya.

"pastikan semua informasi tidak ada yang kurang?" dengan wajah dinginnya, sedikit kesalahan maka fatal akibatnya.

Sedangkan yang di tanya sudah terbiasa dengan sikap tuannya yang dingin menjawab yakin" semua data sudah lengkap tuan"

Sean membuka data diri Azura, entahlah ia merasa tertarik dengan sebuatan yang Azura berikan untuknya"om" semua wanita selalu mengerjarnya bahkan tak jarang bermain kotor.

Kata yang sering ia dengar dari perempuan adalah" Tampan"

Tapi lain dengan istri Maxmillian tanpa takut mengejeknya dan juga melototinya jelas bukannya seram ia malah Sean melihat kucing di dalam diri Azura.

Hanya sebatas tertarik tidak lebih setelah melihat datanya tidak ada yang menarik kecuali tingkah bocah yang masih melekat dalam diri Azura.

Sebelum meninggalkan kediaman Harisson dirinya sempat melihat Azura dengan wajah kotornya.

Tanpa sadar sudut bibirnya membentuk garis senyum.

                            *****

Max menutupi tubuh polos mereka dengan selimut membubukan kecupan di pelepis Azura dengan penuh sayang.

Semua badan Azura terasa sakit terutama intinya, Max mengira istrinya sudah tidur karena mereka melakukann dari sore hingga malam hari.

Jangan di bayangkan okey kasihan Azura Malu.

Ringisan yang keluar dari bibir Azura membuat Max sadar istrinya masih terjaga" Masih sakit sayang?" tanya Max khawatir.

Azura membuka matanya tepat di hadapan wajah suaminya yang menatapnya khawatir.

Mencoba Tersenyum"kamu sudah mengobatinya dengan benar hanya saja aku masih belum terbiasa"dengan wajah memerah malu.

Max lega mengecup pipi Azura"bila ada yang sakit, bilang nanti aku obati"Max mengusap surai istrinya.

Mata Azura memberat mengangguk menanggapi sepertinya Max sudah tau kelemahannya sekarang.

Nafas istrinya mulai teratur Max masih tak menyangka mereka sudah melakukannya.

Percakapan yang terjadi tadi sore membuat Azura mau membuka hati dan menerimanya.

Pengakuan cintanya di balas Azura dengan ungkapan cinta hingga mereka tanpa sadar berciuman dan berakhir melakukan itu.

Kebahagian Max hari ini tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata Max memeluk tubuh mungil wanitanya.

Azura sepenuhnya miliknya sekarang.

•••••••••
Spam nexnya√√√

Semangat! Menjalankan ibadah puasa petama bagi kalian yang menjalankan.

Di sini gak akan ada Adegan 21+ karena apa? Bulan ramadan dan Kebanyakan kalian yang baca di bawah umur. termasuk Day mungkin:)

dosa day, sudah banyak janganlah di tambah. Astagfirullah 😂

550 vote + spam nexnya 100




Votenya ❤
See you nex time🤚

 My Husband Is Possessive [novel]  ~ ENDUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum