24. BUKAN TEMAN DEKAT

61 12 3
                                    

Monita merasakan firasat buruk sejak kemarin. Ada yang tidak beres dengan Dirga. Sehabis dari kantin, sebelum kembali ke kelasnya, dia singgah ke UKS untuk memeriksa kondisi Dirga. Sesampainya di UKS, Monita mendapat kabar bahwa Dirga sudah permisi pulang di tengah-tengah jam istirahat. Perasaan Monita semakin tidak tenang. Dia segera mengirim pesan WhatsApp kepada Dirga, menanyakan kabarnya dan menawarkan bantuan. Namun, pesannya tidak kunjung dibalas, meskipun sudah centang dua.

Saat hendak mencoba cara lain, yaitu lewat DM Instagram, Monita terhenyak lama begitu menyadari dia tidak bisa menemukan postingan yang ditunjukkan Bendahara OSIS. Jadi, bukan hanya tidak direspons, dia juga tidak dimasukkan ke daftar close friends. Bukankah mereka sudah sepakat untuk saling dukung? Kenapa sekarang Dirga malah menjauh?

Esok paginya, Monita pun bertekad untuk meminta penjelasan. Setibanya di Raya Jaya, dia langsung menuju ke kelas Dirga dengan langkah besar. Dia memeriksa dari depan pintu, tidak mengindahkan lirikan heran beberapa orang di dalam.

Monita tidak menemukan Dirga, tapi tasnya tergeletak di atas meja. Ini pertanda baik. Dirga sudah kembali bersekolah, berarti kondisinya sudah membaik. Tapi, di mana dia sekarang? Pandangan Monita kemudian bergerak ke meja Delia dan Priska yang masih kosong melompong. Jam segini memang masih terlalu pagi dari jadwal biasanya mereka datang.

"Moni? Cari siapa?"

Monita tersentak. Dari tadi dia tidak menyadari keberadaan Kevin di depan kelas, sepertinya baru selesai menghapus papan tulis.

"Lagi cari siapa?" Kevin mendekat.

"Lo lihat Dirga?"

Kevin tidak langsung menjawab. Dia melirik ke kursi Dirga, kemudian kembali ke Monita yang masih berdiri di depan pintu kelas, sebelum menjelaskan, "Tadi dia keluar, tapi nggak tau ke mana."

"Udah lama?"

"Nggak terlalu. Ada pesan? Biar aku kasih tau ke dia."

Monita menggeleng. "Nggak. Nggak perlu. Gue cari ke kantin aja. Mana tau dia lagi sarapan di sana."

Saat hendak bergerak menuju kantin, Kevin tiba-tiba menghentikannya.

"Eh, Moni, tunggu sebentar ...."

Monita berhenti dan berbalik. "Kenapa?"

Kevin tampak ragu-ragu. Kakinya terpaku dan suaranya tak kunjung keluar.

"Ada yang penting?" tanya Monita lagi.

"Boleh minta kontak Kana?"

Monita mengerutkan dahi. Jadi, beberapa hari belakangan saling bantu edit video, mereka belum tukaran kontak?

"Aku mau tanya soal kamera ke dia," jelas Kevin, kali ini raut wajahnya semakin percaya diri. Meski Monita belum mengiyakan, dia tanpa ragu berjalan ke mejanya, mengambil ponsel dari dalam ransel, dan mulai sibuk mengetuk-ngetuk layarnya.

Monita masih belum bisa mengerti. Kenapa tidak minta langsung saja? Kelas mereka hanya terpisah satu ruang. Namun, dia tidak tega juga untuk menolak. Lagipula bel masuk masih lama. Ini juga tidak akan makan banyak waktu. Dia pun masuk, menghampiri meja Kevin, mengeluarkan ponsel dari saku rok, dan membiarkan Kevin menyalin kontak Kana.

Selagi Kevin menyalin kontak ke ponselnya, Monita mencoba basa-basi, "By the way, thanks ya Vin udah bantuin kelompok kami."

Semoga saja ucapan terima kasih itu bisa membuat Kevin sedikit rileks.

"Eh, nggak masalah," sahut Kevin dan lanjut mengetuk-ngetuk ponsel. Tak lama kemudian, dia pun mengembalikan ponsel Monita.

Sebelum berpamitan, Monita teringat satu hal.

Kacamata MonitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang