eleven¹¹

11K 699 11
                                    


Typo tandai

***

"Umgh hoam."kelopak mata itu perlahan terbuka memperlihatkan bola mata kecoklatan.

"Zyan apakah kamu sudah bangun."ucap antusias Ega sambil memeluk pinggang zyan dengan erat.

"A-ah lu meluk gue erat banget ga."

"Zyan gak mau Ega peluk ya..."gumam Ega pelan dengan mata yang berkaca'.

"Lu kok imut banget sih Ega padahal pertama kali kita ketemu lu gak gini deh."ucap zyan sambil memainkan rambut Ega.

Ega yang di perlakukan begitu makin mempererat pelukannya pada pinggang zyan dengan kepala menyandar di dada zyan.

"Heh Jamal kata lu kita ke sini mau belajar main piano,kok malah jadi  pelukan gini sih."ketus zyan sambil melepaskan pelukannya lalu duduk menyandar di headbord.

"Hum aku ambilim cemilan dulu kamu masuk ke pintu itu aja dulu,di dalam sana kita belajar."ucap Ega sambil menunjuk sebuah pintu yang ada di kamar itu.

"Hm"

Setelah mengatakan itu Ega segera pergi dari kamarnya untuk mengambil makanan ringan untuk ia dan zyan.

Zyan pun sama seperti Ega dia segera pergi menuju pintu yang di beritahu oleh Ega.

POV zyan.

Klek

Ketika gua buka tu pintu pemandangan memanjakan mata terpampang di depan sana.

Ruangan yang luas di sertai jendela besar di sekeliling ruangan  membuat ruangan itu bisa langsung terlihat taman belakang rumah ini dengan tanaman' hijau dan air manjur kecil di tengah'nya dan jangan lupa ada beberapa sarang burung yang sedang bersarang di pepohonan di sana membuat ada suara kicauan burung yang seperti menyanyi merdu.

"Kalian bisa deskripsi kan sendiri kan gimana pemandangan nya-author.

Asik dengan pemandangan di luar zyan tidak menyadari bahwa ia sudah menabrak sebuah piano putih yang terletak di tengah' ruangan itu.

"Piano ini membuat gua deja vu sama kehidupan gua yang dulu yang berusaha banget buat pertahanin piano pemberian oma gue yang sekarang udah rusak karna bunda.."

Flashback.

"Bunda, Riki mohon jangan rusakin barang satu'nya yang Riki punya bunda."mohon zyan sambil berlutut pada sang ibunda.

"Jangan sebut aku dengan sebutan bunda dengan mulut kotor mu itu anak sialan."geram Riana sambil menendang badan kecil Riki.

Riki merangkak ke arah ibundanya untuk meminta keringanan atas hukumannya, ia tak apa untuk di pukul,tidak di beri makan bahkan di kurung di tempat gelap,asal barang pemberian Omanya  disaatia berumur yang  ke 10 tahun tidak di rusak oleh ibundanya.

"Ku mohon jangan rusak satu satunya barang berharga milikku,ku mohon hiks..hiks ku mohon..akan ku lakukan apa yang kau ingin kan asal bunda tidak merusaknya"mohon Riki sambil bersujud di depan ibundanya.

"Apa yang kau pedulikan pada piano  yang sudah rusak itu hah sialan."

"Itu barang yang paling berharga yang ku miliki,ku mohon jangan jauhkan aku dengan barang yang  sangat berharga bagiku.. ku mohon."

i'm the antagonis [transmigrasi] REVISIWhere stories live. Discover now