05. Lomba Dan Cowo Fiksi

1.4K 169 21
                                    

Haii guyss, balik lagi bersama aku. Bagaimana, udah bosen sama cerita aku? Semoga aja enggak yah guys hehehe.

Kita langsung ke ceritanya aja oke?

****

Pagi kembali menyapa makhluk bumi. Kini waktu menunjukkan jam 07.05, lagi dan lagi Devi, gadis itu telat bangun hari ini.

Brak!

"Astagfirullah, ini anak yah! Novel lagi, novel lagi!" omel Medina mengambil satu novel di tangan putrinya.

Medina berjalan menuju kamar mandi dan membawa satu gayung air dan menyiramkan sedikit di wajah Devi.

"Bangun! Bangun! Udah siang, ini hari kedua kamu sekolah!"

Byuurr!

"Banjir, banjir! Mami banjir!" teriak Devi dan loncat dari atas kasur.

"Bangun! Ini udah siang!" tekannya.

"Devi lambat lagi? Ya ampun!" dengan tergesa-gesa Devi masuk kedalam kamar mandi.

"MAMI SIAPIN BAJU OLAHRAGA DEVI YAH, SAMA KALUNGAN KARDUS YANG ADA NAMANYA DEVI" teriaknya dari arah kamar mandi.

Medina menggeleng. Dia pun menyiapkan baju olahraga milik putrinya dan kalungan kardus.

Medina membaca nama di kardus itu. "Dia gak pakai nama marga?"

Medina meletakkannya di atas tempat tidur. "Sayang, Mami tunggu di ruang makan kita makan bareng"

"IYAA MII"

Setelah mendengar jawaban dari Devi, Medina pun pergi dari sana dan menunggu Devi diruang makan bersama suaminya.

****

Jam menunjukkan pukul 07.20 Devi, gadis itu baru sampai didepan gerbang yang sudah tertutup.

"Anjing! Kenapa dah nih sekolah suka banget nutup gerbang!" kesalnya.

Devi melihat kedalam, dia tidak menemukan satpam yang menjaga disana.

"Masa iya gue harus manjat pohon mangga lagi" monolognya menatap pohon mangga di sampingnya yang tak cukup jauh.

Sudut matanya menangkap laki laki yang sekarang sudah berjalan kearahnya dengan wajah datar dan dingin. Bukannya takut, tetapi Devi malah tersenyum kearahnya.

"Dua puluh menit" tuturnya saat sampai didepan Devi.

"Tauu! Bukain dong" tanpa merasa berdosa, Devi meminta hal tersebut kepada Ketos di sekolahnya itu

"Untuk kedua kalinya" lagi, Afan berkata dengan wajah datar.

"Ishh! Gue tau Fan, bukain dong. Gue gak mau berdiri disini, panas tau. Mending gue berdiri didalam daripada disini sendiri"

Afan menatap Devi, matanya melirik lengan kiri Devi yang sudah tidak memakai perban tetapi masih terlihat bekas tumpahan bakso kemarin.

"Fan, kok Lo bengong sih!" tak menghiraukan ucapan Devi, laki-laki dingin itu berlalu dari sana membuat Devi terkejut.

"FAAN WOOY! KOK MALAH PERGI SIH, BUKAIN DONG" teriaknya, Afan tetap dengan pendiriannya dia menjauh dari sana.

Suara Devi sudah mulai serak, tetapi laki-laki itu sudah hilang ditelan jarak.

I LOVE YOU, KETOS CUEK (DEFAN) Where stories live. Discover now