Ruangan Seno

61K 596 14
                                    

PESONA PAMAN SENO | Ruangan Seno

Perjalanan menuju bengkel yang biasanya hanya memakan waktu tidak sampai sepuluh menit, entah kenapa terasa lama bagi Seno saat ini. Mungkin karena ada seorang gadis cantik yang duduk di jok belakang motornya. Sembari memeluk pinggangnya karena beralasan takut jatuh.

Awalnya Seno menolak ketika Rindu menyelipkan kedua lengan kecilnya di antara pinggangnya. Memeluknya erat hingga membuat tubuh depan gadis itu menempel pada punggungnya. Namun gadis itu bersikeras ingin tetap memeluknya hingga dia merasa lelah sendiri berdebat. Dan akhirnya Seno membiarkan Rindu melakukan apapun yang dia mau.

Dalam hati pria itu tak henti mengumpat karena merasakan gundukan kenyal yang menempel pada punggungnya ketika Rindu memeluknya dari belakang. Membuat pikirannya kembali ricuh karena godaan kecil itu.

Seno merasa kesal dengan dirinya yang akhir-akhir ini mudah sekali terpancing. Padahal Rindu tidak melakukan apapun. Dan dia benar-benar menyalahkan otaknya yang selalu berpikir yang tidak-tidak pada gadis itu.

"Eh eh Paman.. bengkel Paman kelewat." celetuk Rindu saat Seno terus melajukan motornya melewati bengkel milik pria itu.

Seno langsung tersentak saat merasakan tepukan pada pundaknya. Dengan raut bingung dia menatap sekitar dan meringis kala menyadari kebodohannya. Mencoba untuk terlihat tenang demi menekan rasa malunya, Seno lantas putar balik dan baru menghentikan motornya di parkiran bengkel.

Rindu sebenarnya ingin menanyakan apa yang terjadi pada pamannya saat ini. Namun dia urungkan ketika melihat wajah Seno yang tertekuk.

Dalam diam dia mengikuti langkah Seno masuk ke dalam bengkel yang masih sangat sepi. Mereka sampai pukul 7 tepat, padahal jam masuk kerja pukul 9 nanti.

Sebelum masuk ke dalam ruangannya, Seno memutuskan untuk mengecek satu persatu barang di gudang penyimpanan. Dan selama itu, dia tidak menyadari jika Rindu ikut serta di belakangnya. Baru ketika dia menoleh ke belakang untuk mengecek rak sebelahnya, dia dikejutkan dengan kehadiran Rindu yang berdiri tepat di belakangnya.

"Eh, sejak tadi kamu mengikuti Paman?" tanya Seno tanpa menyembunyikan raut terkejutnya.

Rindu hanya menampilkan senyum dua jari menanggapi pertanyaan Seno. Dia memang bingung harus pergi ke ruangan pria itu lebih dulu atau tidak. Sehingga dia memutuskan untuk mengikuti Seno saja.

"Ini kunci ruangan Paman. Kamu tunggu saja di sana selagi Paman mengecek barang-barang di gudang." kata Seno sembari menyodorkan kunci ruangannya pada Rindu.

Akhirnya gadis itu menerima kunci yang Seno sodorkan. Dan pergi meninggalkan pria itu yang tengah mengelus dada karena gemuruh yang dia rasakan di dalam dadanya.

"Huft. Aku ini kenapa sih?" gumam Seno menarik napas lega setelah kepergian Rindu.

Dia lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Mencatat barang-barang yang kosong dan perlu dia beli nantinya.

Di sisi lain, Rindu mulai merasa bosan berdiam diri di dalam ruangan Seno. Entah sudah berapa kali dia menghela napasnya karena sang paman tak kunjung kembali. Tapi begitu dia beranjak hendak menemui pria itu di gudang, Seno sudah lebih dulu kembali dengan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidungnya.

Untuk sesaat, Rindu merasa terpesona dengan penampilan sang paman yang tampak berbeda. Entah mengapa Seno terlihat lebih tampan berkali lipat dari biasanya.

"Kenapa kamu melihat Paman seperti itu?" tanya Seno heran begitu dia memasuki ruangannya, dia mendapati Rindu yang terdiam sembari menatapnya lekat.

Seakan tersadar, Rindu buru-buru menggeleng dengan semburat merah menghiasi kedua pipinya. Gadis itu seketika dilanda rasa gugup begitu sang paman berjalan mendekatinya. Rindu tanpa sadar berjalan mundur hingga terantuk kaki sofa dan membuatnya hampir terjatuh jika saja Seno tak menangkapnya.

Kedua netra bening Rindu berpendar terkejut, sembari menatap Seno yang juga tengah menatapnya dengan lekat.

"Hati-hati, Rin." bisik Seno yang membuat Rindu mengerjapkan matanya berulang kali.

Di sisi lain, entah kenapa Seno merasa terhibur melihat reaksi Rindu. Dia terlihat semakin menggemaskan. Sehingga membuatnya enggan untuk menarik dirinya menjauh.

"P-Paman.." panggilan lirih yang gadis itu suarakan padanya nyatanya berdampak besar bagi kinerja jantungnya.

Suara itu.. dan panggilan itulah yang membuatnya kalap semalam. Dan sepertinya pagi ini dia juga kembali merasakan perasaan aneh itu. Terbukti dengan wajahnya yang tanpa sadar kian mendekat ke arah Rindu. Dan netranya tak lepas menatap bibir ranum gadis itu dengan tatapan penuh minat.

Cup

"Manis." bisik Seno setelah mendaratkan satu kecupan pada bibir Rindu. Dan reaksi yang gadis itu berikan, kembali membuatnya terkekeh kecil.

"Paman." seru Rindu dengan wajah syok. Yang justru ditanggapi Seno dengan santai.



Tbc.

________

Sengaja Valerie skip karena ada adegan ehem²nya..

Pesona Paman SenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang