Kamar Rindu

28.8K 619 32
                                    

PESONA PAMAN SENO | Kamar Rindu

Sepiring nasi dan lauk yang Rindu ambil untuk dirinya dan Seno telah habis tanpa sisa. Gadis itu hendak membawa piring kotor itu ke dapur. Tapi dengan cepat Seno menahan pergerakannya.

"Mau kemana?" tanya Seno seperti enggan ditinggal.

Rindu tersenyum tipis melihat raut wajah Seno saat ini. Persis seperti seorang anak laki-laki yang tengah merajuk.

"Rindu mau meletakkan piring ini ke dapur, Paman." jawab gadis itu dengan suara lembutnya.

Seno tampak memajukan bibirnya memberengut. Pria itu tidak ingin jauh dari Rindu. Walau hanya beberapa menit saja.

"Rindu tidak akan lama. Setelah mencuci piring sebentar, Rindu akan kembali lagi menemani Paman di sini." timpal Rindu yang akhirnya disetujui oleh Seno.

Pria itu dengan berat hati melepaskan lilitan tangannya dari pinggang Rindu. Dan menatap kepergian gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Entah kenapa aku tidak bisa jauh darinya barang sedetik saja." gumam Seno dengan semburat tipis menghiasi kedua pipinya.

Di sisi lain, dengan hati berbunga-bunga Rindu berjalan menuju dapur. Sembari membawa piring kotor di tangannya. Tapi sebelum sampai di tempat tujuannya, dia mendengar suara seseorang yang sedang menegurnya.

"Kamu makan di kamar?" tanya suara feminim itu.

Dengan gerakan patah-patah Rindu menoleh. Mendapati sosok bibinya yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Wanita itu terlihat berpakaian rapi. Jangan lupakan rentetan gelang emas yang melingkar memenuhi lengannya. Sudah seperti orang jualan saja.

"Bibi mau kemana? Kenapa sudah rapi sekali sepagi ini?" bukannya menjawab pertanyaan dari sang bibi, Rindu justru balik bertanya.

Hanum mendengus karena merasa Rindu terlalu kepo sampai mengurusi urusannya.

"Kenapa kamu kepo sekali dengan urusan Bibi? Urusi saja urusan kamu." jawab Hanum ketus. Mood-nya pagi ini sudah sangat buruk. Apalagi harus melihat Rindu, putri mendiang kakaknya yang menuntutnya sangat menyebalkan.

Wanita itu tanpa kata langsung melengos pergi meninggalkan Rindu yang dirundung kesal. Padahal dia sudah bertanya baik-baik.

"Menyesal aku bertanya sama Mak Lampir itu." sungut Rindu.

Sepanjang jalan menuju dapur, Rindu tak henti menggerutu. Kesal sekali dia dengan sikap Hanum tadi. Untung saja dia bisa menahan rasa kesalnya dengan tidak melempar piring kosong yang dibawanya ke wajah wanita itu. Bisa-bisa perang dunia ketiga jika Rindu nekat melakukannya.

Masih dengan raut memberengut, Rindu kembali ke kamarnya. Dimana terdapat seorang pria dewasa berwajah tampan yang tengah menunggunya. Tapi begitu melihat wajah Rindu yang tidak sedap dipandang mata, membuat Seno mengernyitkan dahinya merasa heran.

"Kenapa wajah kamu masam begitu, Sayang?" tanya Seno menghampiri Rindu yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu tampak bersidekap dada dengan bibir manyun.

Netra bening Rindu yang tengah menyorot tajam beralih menatap sang paman yang menatapnya dengan penasaran.

"Rindu kesal. Padahal Rindu sudah bertanya baik-baik, tapi jawaban Bibi seperti itu." kata Rindu mengadu.

Seno masih belum paham dengan duduk permasalahannya. Dengan lembut pria itu menarik tubuh ramping Rindu. Lalu mendudukkannya di atas pangkuannya.

"Apa yang terjadi, hm? Ceritakan pada Paman." pinta Seno sembari menyampirkan anak rambut Rindu yang menutupi pandangannya dari gadis cantik itu.

Rindu akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada Seno. Dan pria itu mendengarkannya dengan seksama tanpa memotongnya.

"Kenapa sikap Bibi seperti itu pada Rindu, Paman? Padahal sebelum Ayah dan Bunda meninggal, Bibi begitu baik pada Rindu." tanya Rindu saat mengingat sikap bibinya dulu.

Tapi begitu dia sadar, dia akhirnya mengunci bibirnya rapat-rapat. Hanum pasti membencinya karena dia adalah anak dari Heru. Sudah jelas bukan jika Hanum merasa iri dengan warisan yang Heru dapatkan dari ayah mereka.

"Paman juga tidak tahu, Sayang. Tapi sebenarnya Paman juga merasa janggal dengan sikap Hanum akhir-akhir ini. Dia sepertinya kurang suka dengan kamu." ujar Seno hati-hati saat mengutarakan kalimat terakhirnya.

Bagaimanapun saat ini dia hanya bisa menduganya saja. Tidak ada niatan untuk membuat hubungan kedua perempuan itu merenggang.

Rindu menatap lamat-lamat wajah Seno ketika pria itu selesai berbicara. Seno saja sadar dengan sikap Hanum yang tampak membencinya.

Seno mengernyit,"Kenapa melihat Paman seperti itu?" tanyanya ketika ditatap demikian oleh Rindu.

Rindu yang merasa tertangkap basah karena sudah memandangi Seno tampak tersipu. Dia memilih membuang wajahnya ke arah lain agar pria itu tidak melihat pipinya yang mungkin sekarang sudah berubah semerah tomat.

Seno memberengut karena Rindu tak mau menatapnya. Dengan setengah memaksa dia mengarahkan wajah Rindu agar kembali menatap dirinya. Dan akhirnya dia tahu kenapa gadis itu tidak ingin melihatnya.

"Kamu tersipu? Kenapa, hm? Apa kamu merasa terpesona dengan ketampanan Paman?" smirk Seno dengan percaya diri. Ternyata pria kaku itu bisa bersikap jahil juga.

Rindu melongo mendengar apa yang Seno katakan barusan. Sejak kapan kekasih tuanya itu bisa bersikap narsis seperti ini? Apa karena kerasukan jin saat lembur di bengkel semalam? Ups

Melihat wajah bengong Rindu, Seno tentu merasa gemas. Pria itu tergelak sampai membuat tubuh mungil yang ada di pangkuannya ikut berguncang.

"Kamu lucu sekali, Sayang. Paman jadi ingin memakan kamu." celetuk Seno terkikik.

Rindu menatap horor sang paman yang masih saja tertawa. Ada-ada saja pria ini. Bukannya dia barusan sudah sarapan? Apa dia tidak merasa kenyang.

"Paman masih belum kenyang?" tanya Rindu polos.

Tawa Seno mereda, berganti dengan raut keheranan.

"Kenapa kamu bertanya begitu?" Seno justru balik bertanya.

"Tadi Paman berkata jika ingin memakan Rindu. Apa Paman masih belum kenyang setelah sarapan tadi?" pertanyaan yang Rindu ucapkan barusan sukses membuat tawa Seno pecah.

Pria itu sampai harus memegangi perutnya yang terasa sangat geli. Membuat gadis yang ada di pangkuannya ini berdecak sebal.

"Serius kamu tidak paham maksud ucapan Paman?" Seno mendengus geli.

Gelengan samar yang Rindu perlihatkan membuat pria itu terkekeh.

"Dasar kucing kecil. Saat bermain waktu itu kamu terlihat begitu liar. Tapi ternyata kamu masih tetaplah kucing polos yang menggemaskan." kekeh Seno yang ditanggapi Rindu dengan wajah bingung.

Dalam sekejap, tatapan Seno mulai berubah menjadi redup. Membuat Rindu menjadi salah tingkah sendiri ditatap demikian oleh sang paman.

"Maksud Paman, Paman ingin mengulangi kegiatan kita seperti di bengkel waktu itu. Paman menginginkan kamu, Sayang." ujar Seno bersuara parau sembari mengikis jarak di antara mereka.



Tbc.
_____
Kiw-kiw.. makin mesra aja ni orang berdua ><
Btw, selamat malam jumat guys!!

Pesona Paman SenoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt