Kesal

22.3K 559 16
                                    

PESONA PAMAN SENO | Kesal

Melihat tatapan penuh selidik dari sang bibi, Rindu justru tersenyum samar. Rindu menebak jika Seno pasti tidak mengatakan apapun pada Hanum. Melihat bagaimana raut kesal dari wanita itu saat ini.

Tanpa merasa terintimidasi, Rindu menatap balik Hanum yang tengah berkacak pinggang di depannya. Tatapan wanita itu begitu tajam, dan hal itu tidak membuatnya gentar sama sekali. Dia justru semakin ingin menyulut kemarahan Hanum.

"Tadi Paman Seno menelfon Rindu, Bik." jawab Rindu setenang mungkin.

Hanum mendengus dan membuang wajah ke arah lain sejenak. Lalu kembali menatap ke arah gadis itu.

"Kenapa dia tidak menghubungi Bibi saja? Kenapa harus menghubungi kamu?" cecar Hanum kesal.

Dengan polos Rindu menggelengkan kepalanya samar. Raut wajahnya tak terlihat resah atau terganggu dengan sikap Hanum saat ini.

"Rindu juga tidak tahu, Bik. Kenapa Bibi tidak tanya saja pada Paman?" balasan dari Rindu semakin membuat wajah Hanum menjadi muram.

Rindu menggigit pipi dalamnya karena merasa bersalah telah menjadikan Seno sebagai kambing hitam. Tapi dia berusaha untuk mengabaikan hal itu. Melihat Hanum berwajah kesal menjadi kesenangan tersendiri baginya.

Wanita itu tanpa kata lagi langsung melengos pergi. Meninggalkan Rindu yang merasa puas karena telah memantik amarah bibinya.

"Aku akan sering membuatmu kesal setelah ini, Bibi." seringai Rindu menatap punggung Hanum yang semakin menjauh.

Dengan raut puas yang tergambar jelas di wajahnya saat ini, Rindu melenggang masuk ke dalam kamarnya lagi. Menutup pintu kamarnya dengan hati riang karena kejadian tadi.

Berbeda dengan Rindu yang tengah diliputi rasa senang, Hanum terlihat uring-uringan sejak pergi dari kamar sang keponakan. Wanita itu beberapa kali kedapatan menghela napas gusar. Dengan raut wajah yang terlihat tidak tenang.

"Kenapa Mas Seno tidak mengabariku sama sekali? Apa dia masih kesal karena kejadian semalam?" gumam Hanum mencoba menerka-nerka.

Ingatannya jatuh pada kejadian semalam dimana lagi-lagi dia dan Seno terlibat pertengkaran kecil. Hanum meminta pada suaminya itu untuk membelikannya perhiasan lagi. Hal itu karena dia merasa iri dengan teman arisannya yang memiliki perhiasan baru.

Sejak dulu, Hanum memang tipikal orang yang selalu iri dengan kehidupan orang lain. Dia tidak pernah mau kalah dengan teman-temannya. Menurutnya, dia harus menjadi yang paling unggul.

Sikapnya yang demikian ternyata berlangsung hingga sekarang. Tidak hanya iri pada temannya, Hanum juga selalu iri dengan kakaknya, Heru. Kedua orang tuanya selalu membangga-banggakan kakak tertuanya itu. Dan hal itu membuatnya menjadi pribadi yang iri dengki. Hingga menghalalkan segala cara untuk melenyapkan saudaranya sendiri.

Kembali pada topik, Hanum dengan rayuannya membujuk Seno untuk membelikannya perhiasan baru. Tapi untuk pertama kalinya permintaannya ditolak mentah-mentah oleh suaminya.

Seno menolaknya bukan tanpa alasan. Dia ingin agar Hanum tidak hidup boros dan suka pamer. Karena Seno tahu betul bagaimana tabiat Hanum setelah hidup bertahun-tahun bersamanya.

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now