Lengket

33.5K 536 12
                                    

PESONA PAMAN SENO | Lengket

Seno mengernyitkan dahinya saat merasakan benda kenyal yang tengah menghisap bibirnya beberapa kali. Masih dengan mata terpejam, pria itu berusaha untuk menyingkirkan beban berat yang ada di atas tubuhnya.

Seno dibuat menggeram karena sepertinya sosok ini sengaja mengusik tidurnya. Membuatnya mendengus dan dengan kesal membuka lebar kedua matanya.

Deg

Pria itu dibuat berjengit saat melihat sosok yang ada di depannya saat ini. Seno pikir sejak tadi Hanum-lah yang telah mengganggunya. Tapi ternyata..

"Pagi, Paman Sayang." sapa suara lembut nan mesra tersebut.

Seno mengerjap merasa tidak percaya dengan sosok yang kini tengah tersenyum manis di depannya saat ini.

"Kok sapaan Rindu tidak jawab, Paman?" dengusan kesal dari sang empu membuat Seno akhirnya tersadar, jika yang ada di depannya saat ini memang benar-benar gadis itu.

"Ri-Rindu? Kamu-kenapa kamu bisa masuk ke sini?" tanya Seno kebingungan.

Sadar jika posisi mereka saat ini benar-benar sangat dekat, Seno lantas segera bangun. Membuat Rindu yang sejak tadi membangunkan pria itu tertawa kecil melihatnya.

"Kenapa Paman terlihat sangat terkejut seperti itu?" tanya balik Rindu. Tak mengindahkan pertanyaan Seno yang merasa penasaran dengan kehadiran gadis itu di kamarnya pagi ini.

Seno menggerutu karena pertanyaannya tidak dijawab. Pria itu dengan helaan napas kasar mengusap wajahnya dengan raut gelisah.

"Lagi-lagi Paman mengabaikan Rindu." celetuk gadis itu memberengut.

Seno lantas menoleh menatap Rindu dengan pandangan lurus. Rindu yang ditatap demikian sontak saja merasa gugup sekaligus takut. Takut melihat kemarahan Seno.

"Kenapa kamu bisa masuk ke sini? Bagaimana jika Hanum memergoki kita?" tanya Seno dengan tatapan datar.

Rindu memilin ujung bajunya dengan raut resah. Gelisah karena Seno menyorotnya demikian.

"Bibi sedang tidak ada di rumah. Makanya Rindu berani masuk ke sini untuk membangunkan Paman." jawab Rindu pada akhirnya.

Seno yang mendengarnya lantas bernapas lega. Jujur saja dia tidak ingin hubungannya bersama Rindu terbongkar secepat ini. Seno masih belum siap dan bingung untuk menghadapinya.

"Lain kali jangan lakukan ini lagi, ya. Biar Paman saja yang datang ke kamar kamu." kata Seno melembutkan suaranya. Tangannya terulur mengelus pipi Rindu yang terasa lembut.

Tidak ada yang bisa Rindu lakukan selain menurut. Untuk saat ini dia akan mengikuti permainan Seno. Hingga tiba waktunya dimana dia sendiri yang akan membongkar hubungan mereka.

Seno lantas menarik tubuh Rindu ke dalam pelukannya. Ujung hidungnya mengusak helaian rambut Rindu yang menguarkan bau harum. Membuatnya betah menenggelamkan wajahnya di sana.

"Kamu wangi." bisik Seno yang kini beralih menenggelamkan wajahnya di ceruk Rindu.

"Rindu sudah mandi sejak tadi. Memangnya Paman masih bau keringat." goda Rindu yang membuat Seno terkekeh.

Pria itu tidak terlihat tersinggung. Dia justru tertawa mendengarnya. Dan dengan jahil mengapit leher Rindu di antara ketiaknya.

"Kyaa.. Paman!! Rindu sudah mandi. Jangan buat Rindu bau keringat." pekik Rindu mencoba melepaskan diri.

Seno tertawa senang dan beralih menggelitik perut Rindu. Membuat gadis itu belingsatan karena kegelian. Dan membuat kaos yang dia kenakan naik, memperlihatkan perut ratanya yang tanpa lemak.

Seno yang melihat pemandangan tersebut lantas terpaku. Dengan susah payah dia menelan ludahnya. Dan hal itu disadari oleh Rindu.

Bukannya menurunkan kaos yang dia kenakan, Rindu justru pura-pura tidak sadar dan membiarkannya.

"Sayang.." panggilan bernada parau itu membuat Rindu diam-diam mengulum senyum. Dia tahu jika saat ini Seno pasti tengah menahan hasratnya.

"Ada apa, Pam-kyaaa?" belum sampai Rindu menyelesaikan pertanyaannya, gadis itu sudah dibuat terkesiap karena Seno tiba-tiba saja menarik kedua tangannya. Menahannya di antara kepalanya.

Ditatapnya netra jelaga Seno yang tengah memandangnya dengan sayu. Jantungnya kembali berdebar kencang untuk kesekian kalinya. Dan lagi-lagi membuat sesuatu di dalam perutnya terasa menggelitik.

Seno tak bersuara, tapi sebagai gantinya pria itu semakin menundukkan kepalanya. Mengikis jarak di antara mereka.

Sadar jika Seno hendak menciumnya, Rindu lantas mulai memejamkan matanya. Menyambut ciuman manis yang pamannya berikan. Dan membalasnya dengan tak kalah lembut.

Kedua insan berbeda usia itu saling berpangut mesra. Kali ini Seno mencium Rindu dengan penuh perasaan. Mencoba meresapi rasa yang perlahan mulai hadir di dalam hatinya. Yang hingga detik ini masih belum membuatnya yakin.

Di sisi lain, Rindu tak akan membiarkan momen ini berakhir begitu saja. Dengan sengaja dia mengelus dada bidang Seno dengan jari-jari lentiknya. Mengirimkan sinyal yang dapat membuat Seno tersulut gair@hnya.

Seno dibuat menggeram di dalam ciumannya ketika merasakan tangan Rindu yang bergerak di dadanya. Dengan cepat pria itu mencekal tangan nakal itu. Lalu kembali menahannya di atas kepala Rindu.

"Kamu nakal sekali, Sayang." bisik Seno serak ketika ciuman mereka telah terlepas.

Rindu mengulum senyum sembari melepaskan jeratan tangan Seno. Lalu dengan santai mengalungkan kedua lengan kecilnya di leher kokoh pria itu.

"Paman tidak suka?" tanya Rindu genit.

Seno menarik sudut bibirnya, tersenyum miring."Tentu saja Paman suka. Semua yang kamu lakukan, Paman pasti menyukainya."

Tersenyum Rindu mendengar jawaban Seno. Adrenalinnya semakin terpancing untuk membuat pria itu kembali takluk padanya seperti kemarin.

"Benarkah?" tanya Rindu dengan senyum cerah.

Anggukan yang Seno berikan dengan sebuah senyuman yang menghiasi wajah tampannya membuat Rindu senang bukan main. Sepertinya dia bebas melakukan apapun. Termasuk..

"Sshhh..."

Rindu menggigit pipi dalamnya begitu mendengar desisan Seno. Dia pikir pria itu akan memarahinya. Tapi Seno justru diam saja dan membiarkannya. Sehingga membuat Rindu semakin terpacu untuk kembali menggodanya.

"Enak, Paman?" tanya Rindu mendongak, menatap wajah Seno yang ada di atasnya.

Geraman tertahan yang keluar dari bibir pria itu sudah menjadi jawaban dari pertanyaan Rindu. Seno menatap wajah bersih gadis itu dengan mata menggelap. Apalagi saat tangan nakalnya terus bermain di bawah sana. Hingga membuatnya frustasi dan akhirnya sampai pada puncaknya.

"Uhh.. ini lengket sekali, Paman." celetuk Rindu menatap tangannya yang basah dengan tatapan polos yang membuat Seno tidak tahan untuk tidak menyerangnya.

Tbc.
____
Rindu mulai nakal wehhh🙈

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now