05. Secuil fakta yang terungkap

174 24 5
                                    

Vote dan komen dong, jangan siders:')

buat yang udah vote makasih>3

oke itu aja, selamat membaca ^-^

Happy Reading

***

Sudah 3 Minggu lamanya, sejak terakhir kali percakapan antara Jehan dan Farel di sekolah waktu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sudah 3 Minggu lamanya, sejak terakhir kali percakapan antara Jehan dan Farel di sekolah waktu itu. Waktu berlalu begitu cepat, dan selama seminggu kedepan Sekolah akan mengadakan Ujian Nasional.

Hari ini weekend, Jay ada di rumah kali ini. Itu memudahkan Jehan untuk berbicara mengenai hari kelulusannya nanti. Dia berjalan perlahan menyusuri jalan kecil menuju taman belakang rumah, tempat Jay berada saat ini.

Dia melihat papanya itu sedang duduk dikursi, di temani secangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Di pangkuannya terdapat sebuah Laptop, dan jari-jari pria itu terus mengetik tanpa henti. Bahkan di hari libur pun, Jay masih bekerja.

Sejujurnya, Jehan sedikit ragu untuk membicarakannya. Tapi, kalau tidak di coba mana mungkin dia tahu apa Jay bisa datang atau tidak. Akhirnya, dia membulatkan tekadnya untuk menghampiri pria yang berstatus sebagai papanya itu dengan perlahan.

"Papa?"

Panggilan dengan nada sedikit canggung itu, berhasil membuat fokus Jay teralih dari laptop di pangkuannya. Dia memandang Jehan yang berdiri sedikit jauh darinya, dengan kerutan yang begitu jelas di dahinya.

"Kenapa? duduk dulu sini." ujar Jay sembari menepuk tempat duduk kosong di sebelahnya, lalu meletakkan laptop di atas meja.

Jehan menurut, dia berjalan sedikit kaku ke arah Jay. Dia tidak terbiasa berada di ruangan yang sama dan mengobrol bersama dengan papanya, karena semenjak mamanya tidak ada, hubungan ketiganya sedikit renggang.

Bukannya duduk di samping Jay, Jehan malah duduk di hadapannya. Dia menundukkan kepalanya menelan salivanya gugup, dan meremat jemari tangannya di atas pangkuannya dengan kuat.

"Kenapa?" tanya Jay, yang kini sudah memusatkan seluruh perhatiannya pada putra bungsunya.

Jehan mengangkat kepalanya perlahan, terlihat jika Jay sedang menunggu ucapan yang akan dia lontarkan. Sebelum berbicara, dia menarik napas lalu menghembuskannya perlahan guna mengusir kegugupannya.

"A-itu, sebenernya aku mau kasih tau sesuatu. Sebentar lagi kan aku sama Sehan bakal lulus SMP. Emm, jadi, Papa ada waktu gak--"

Ucapan Jehan terpotong, begitu suara dering panggilan masuk dari ponsel Jay berbunyi. Pria itu segera mengangkat teleponnya, sedangkan Jehan berusaha menahan kekesalannya.

Jay mengerutkan keningnya dalam, dia berdecak saat si lawan bicara memintanya datang ke Agensi untuk membahas persoalan konser yang akan di adakan di stadion di Tanggerang.

Svarga's FamilyWhere stories live. Discover now