07. Kelulusan

103 19 8
                                    

Hai, welcome.
dan
Happy reading

danHappy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

____

Hari yang ditunggu pun akhirnya telah tiba, hari kelulusan sekolah. Jehan maupun Sehan berharap untuk secepatnya lulus dari sekolah ini, sekolah yang menyimpan begitu macam penderitaan bagi mereka.

Kini keduanya berjalan bersampingan menuju kelas yang sudah di hias sedemikian rupa. mereka duduk di bangku masing-masing, memperhatikan bagaimana para siswa lain yang berbaur dan berkumpul bersama teman-teman mereka untuk menghabiskan sedikit waktu sebelum berpisah.

Jehan terlihat tidak peduli, dia memainkan ponselnya untuk berbalas pesan dengan Zery yang katanya akan sedikit terlambat untuk datang ke sekolah, karena tadi ada kelas pagi dan kemungkinan selesai pukul 10. Sedangkan acara akan di mulai pukul 09.30 pagi, sebentar lagi.

"Je, gak mau foto-foto dulu?" tanya Sehan yang sudah mengeluarkan ponselnya untuk memotret.

"Gak."

Sehan merenggut kesal, tapi dia tidak menyerah. Diam-diam dia memotret dirinya dan jehan, Sehan mengecek fotonya dan untung saja hasilnya lumayan bagus.

"Woy, Jehan!"

Dari arah pintu, Viki dan Asep berdiri dengan angkuh menatap remeh ke arah Sehan dan Jehan. Mereka mengkode kedua anak kembar itu untuk menghampiri keduanya.

Jehan berdecak malas, dia menaruh ponselnya ke dalam saku jas yang dia kenakan. Kemudian berjalan santai ke arah mereka, dengan tatapan yang tenang namun tajam.

"Kenapa?" tanya Jehan setelah berada dihadapan mereka.

"Di panggil Farel. Semua orang tua murid udah pada hadir, dia nanyain dimana orang tua lo?"

Jehan terkekeh, "Ngapain dia nyari orang tua gue? segitu keponya dia, sampai mau tau seluk beluk keluarga gue?"

Viki mendesis kesal. "Berani banget ya lo sekarang, mentang-mentang mau lulus. Dia cuma mau mastiin lo nyanggupin tantangannya waktu itu atau nggak!"

Jehan kembali berdecak, wajahnya terlihat tenang tapi di dalam hati dia mengumpat karena tidak bisa menyanggupinya. Kalau begini, nasib kedekatannya dengan Haya akan berakhir begitu saja sampai hari ini?

"Gue-"

"Bagi para siswa dan siswi, harap segera ke lapangan. Acara akan segera di mulai. Bagi yang tidak segera ke lapangan, akan di datangi oleh anggota osis yang berpatroli."

Suara pengumuman dari arah lapangan membuat percakapan mereka terhenti, Jehan sedikit bersyukur karena dia terhindar dari pertanyaan yang memojokkannya.

Dua cowok di depannya kini tersenyum mengejek, "Kita bakal liat, ortu lo beneran datang atau gak, ya? kalaupun datang, apa dia se-kaya bokapnya Farel? Kan malu-maluin kalau Haya punya cowok yang kekayaannya di bawah dia."

Svarga's FamilyWhere stories live. Discover now