AB-6

562 85 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

*
*
*

Menjelang idul fitri, sebagai penulis aku meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila membuat kalian harus extra sabar menunggu up cerita ini.

Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin kawan-kawan pembaca🙏🏻🙏🏻😁

_°>,<°_

Berbeda dari sebelumnya, Agni kini mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengalahkan pemuda misterius yang menantangnya itu.

Bagaimana pun ia tak ingin menggunakan kain panjang yang membuatnya gerah tak karuan. Jika ia dapat mengalahkan pemuda songong itu, kemenangannya dapat membuat mereka semua bungkam dan tak akan lagi meremehkan kemampuan perempuan.

Seperti tadi, semua sudah bersiap di tempatnya. Sorakan semangat dari para pendukung ikut mewarnai balapan sekaligus menambah panas arena.

"Gue menang, lo pake gamis sama kerudung!" tekan Agni.

Tanggapan yang di dapat hanya acungan jempol.

Agni semakin geram dengan tingkah pemuda itu yang kelewat tengil di matanya. Belum di mulai pun pertandingan itu, tingkat kekesalan Agni sudah melambung tinggi pada sosok misterius itu.

Dari tempatnya, Agni dapat melihat jika pemuda itu memiliki alis lebat hitam mirip ulat bulu, manik mata hitam pekat agak sipit dengan tahi lalat kecil di bawah mata sebelah kanannya. Padahal keadaan remang-remang, tapi matanya bisa melihat itu dengan jelas.

Fokus Agni kembali, tangannya bersiap memutar gas jika aba-aba telah selesai.

"GO!"

Agni pun melajukan kendaraan roda dua itu secepat mungkin. Pertandingan ini harus selesai sebelum keamanan pondok mengetahui jika ia kabur dan jangan sampai Gus Ghaazi turun tangan atau nasibnya akan jauh lebih mengenaskan.

Di tengah balapan hujan turun. Jalanan pun berubah licin, Agni segera menutup kaca helmnya, rapat. Mengamati sekitar jalan berlubang yang sudah di genangi air, Agni mengumpat.

"Asyemmm! Gue bisa kalah kalo gini?!" Agni tetap melaju sembari mengusahakan agar tubuhnya tak terkena tetesan tangis semesta itu.

Pandangan Agni tidak sejelas sebelumnya lantaran tetesan air yang terus menghantam helmnya.

Dari sisi kiri, pemuda berjaket kulit yang menantangnya mulai mensejajarkan posisi mereka. Agni terus menancap gas lebih dalam hingga jarum spidometernya dengan cepat bertambah naik.

Sementara pemuda itu mengamati Agni dalam diam. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang misterius.

Pelan namun pasti, pemuda itu lebih dulu sampai garis finish. Agni yang hanya terlambat beberapa detik tak mampu menyembunyikan kekesalannya.

Berteduh di bawah atap rumah kosong, Agni melemparkan pandangan kesekitar, suasana yang tadi ramai terlihat sepi lantaran hujan semakin lebat.

"Pakai lagi, dan jangan pernah melepasnya." Pemuda itu sudah ada di dekat Agni, menyodorkan kain panjang yang semula ingin di lenyapkannya.

Agni meraihnya kasar, lalu memakai sekadarnya. Hanya di sampirkan ke bahunya. "Puas lo?!"

"Belum."

"Gue udah nurutin permintaan lo, ya! Masih kurang?!"

AGBIRWhere stories live. Discover now