[Miss Elard : Chapter 01]

454 58 9
                                    

Aku yang sejak tadi fokus pada penampilanku di depan cermin, melirik ke arah pintu dimana di sana ada kakakku tengah bersedekap memperhatikan penampilanku. Kakakku yang sangat tampan, menggunakan suit hitam dengan dasi kupu-kupu berwarna merah. Penampilan yang selalu rapi dan menunjukkan kesan wibawa yang kental, sungguh sempurna.

"Luar biasa." Suaranya yang berat dan rendah mengudara, dia melangkah mendekat, kulihat dia memegang topeng berwarna hitam dengan tiga helai bulu kecil berwarna senada di bagian kirinya.

"Cantik sekali." Katanya lagi, sambil duduk di sofa yang tak jauh dari tempatku berdiri, dia masih memperhatikan penampilanku dengan senyuman tipis yang tersungging diwajah tampannya.

"Terima kasih untuk pujiannya, Kak Jean. Sama sepertiku, Kak Jean pun tampak luar biasa." Balasku.

Kak Jean tertawa renyah, suara tawanya bahkan terdengar merdu. "Lanjutkanlah, kau harus berpenampilan sempurna." Ucapnya.

Aku pun kembali pada kegiatanku. Mengambil anting berlian kecil berwarna putih dan memakainya. Malam ini aku tak menggunakan kalung, hanya anting dan cincin saja yang tersemat di ibu jari kanan dan telunjuk kiri. Mungkin bagi sebagian orang, memasang cincin di jari manapun itu tidak masalah. Tetapi tidak bagiku, memasang cincin di setiap jari memiliki sebuah arti dan makna. Aku memasang cincin di ibu jari, memiliki arti bahwa aku adalah seorang anak perempuan dari keluarga terpandang. Dan cincin di telunjuk kiri, memiliki arti bahwa aku adalah perempuan lajang yang sedang tidak terlibat hubungan kasih dengan pria manapun.

Orang-orang jarang memperhatikan hal itu, apalagi orang-orang dari kelas menengah ke bawah. Menggunakan cincin bisa mereka pasangkan di jari manapun yang membuat mereka nyaman dan cocok, tanpa mengetahui setiap cincin yang terpasang di setiap jari memiliki arti dan makna yang berbeda-beda. Yang mereka ketahui hanyalah cincin pernikahan dipasangkan di jari manis tangan kanan.

"Kau ingat perkataan ayah tadi pagi?" Kak Jean kembali membuka suaranya, kini dia sudah berdiri dan mengambil kotak beludru berwarna putih yang aku letakkan di atas meja, kemudian dia mendekat dan membuka kotak beludru tersebut.

"Aku mengingatnya." Tentu saja, tanpa Kak Jean ingatkan pun aku akan mengingat perkataan ayah tadi pagi ketika sarapan.

Sebuah topeng berwarna putih yang simpel namun indah dan elegan, Kak Jean mengambilnya dari dalam kotak beludru itu dan dengan hati-hati dia memakaikannya padaku. Begitu telaten agar aku tidak terluka dan merasa nyaman ketika menggunakannya.

"Apa kau mengingat wajahnya?"

Aku tak langsung menjawab, kutatap penampilanku yang sempurna dalam balutan long dress berwarna putih beige yang senada dengan topeng dan high heels yang aku gunakan. Kemudian, aku sedikit mengangkat daguku sambil tersenyum tipis.

"Hanya satu kali aku bertemu dengannya, itu pun lima tahun yang lalu. Jadi aku tak begitu mengingat wajahnya. Namun, jika dia ada di hadapanku, kurasa aku akan langsung mengenalinya."

***

Malam ini, aku bersama orang tua dan kedua kakakku pergi ke sebuah pesta untuk merayakan tahun baru. Setiap tahun selalu diadakan dan aku tak pernah absen sejak aku memasuki usia dewasa. Setiap tahun selalu diselenggarakan secara bergantian oleh komunitas kami—komunitas para pebisnis yang memiliki pengaruh besar.

Pesta kali ini diselenggarakan oleh keluarga konglomerat bermarga Han, bertemakan pesta topeng dimana semua orang yang hadir menggunakan topeng. Kami menikmati pesta ini di dalam ballroom, karena diluar salju kembali turun meskipun tidak terlalu lebat. Dengan latar sebuah lautan yang gelap, bulan dan bintang-bintang yang bersinar, dan lampu-lampu di sepanjang pantai.

MISS ELARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang