Part 4

301K 16K 477
                                    

Itu mulmed siapa yang bisa lihat, foto Melvin dan Kelvin wkwkw~~ Kelvin mah cemberut terusss..

Review Part 3:

Mata bulat di balik kacamata besar itu menatapku teduh. Bibir tipis berwarna peach itu seakan-akan selalu memanggil buat di cium.

Sungguh, aku tidak mau menolak gadis ini tuk menjadi Mate-ku! Aku tertarik dengannya. Ya!!

****

Jantungku terus berdebar tak karuan. Entah sejak kapan, aku juga tidak tahu. Padahal intensitas kami bertemu masih bisa di hitung dengan jari. Astaga, kenapa aku bisa seperti ini?

"Maaf, saya harus pergi bekerja." ucap Flo tiba-tiba. Pandanganku buyar karena sedari tadi aku melamun. Eh, tunggu aku belum selesai bicara dengannya!

"Tunggu!" cekalku di pergelangan tangannya. Flo terkejut dengan tingkahku, tetapi langsung ditutupinya dengan cara merapikan letak kacamatanya yang agak sedikit turun.

"Ada apa?" tanyanya pelan. Bahkan hampir berbisik. Aneh sekali, kenapa dia selalu berbicara dengan suara yang hampir tak terdengar? Dan lebih anehnya lagi, kenapa aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas?

"Aku ikut,"

****

Flo's POV

Di dekat pria ini berbahaya. Ya berbahaya. Dia salah satu tipe pria yang suka memainkan perasaan wanita mungkin? Aku juga tidak tahu. Aku sering melihatnya di kampus. Tapi dia selalu dingin, seperti es. Bahkan dia tidak mempedulikan sorakan-sorakan atau panggilan dari banyaknya gadis di kampus ini. Auranya sangat terlihat jelas kalau dia tidak mau di dekati. Apakah aku boleh menyimpulkan kalau pria ini terlalu sombong? Atau terlalu menjaga jarak dari lingkungan sosial?

Aku akui kalau pria yang sedang mencegat pergelangan tanganku ini mempunyai wajah dan fisik yang luar biasa. Tampangnya sangat memukau. Dengan bola mata hitam pekatnya dan bibir yang penuh itu, sangat membuatku tertarik. Tapi aku masih bingung, kenapa dia harus susah-susah menolongku dari kerjaan usil teman kelas tadi?

"Aku ikut," ucap pemilik suara bass itu. Aku rasa ada yang berbeda dengan pria ini. Yang berbeda itu ialah dia salah satu keturunan Franklin. Keluarga yang amat kaya raya itu. Sekali lagi aku harus menyetujui fakta kalau keluarga Franklin mempunyai wajah-wajah yang sangat rupawan. Sungguh membuatku iri.

"Maksud anda apa?" tanyaku lagi. Aku berusaha sekuat tenaga untuk segera pergi dari hadapannya, karena jika terlalu sering berada di dekat pria ini, aku akan kena imbasnya. Lihat, semua mata dari gadis-gadis di sekeliling kami yang menatapku tajam bak pisau yang baru di asah. Aku takut...

"Jangan formal begitu, panggil aku Kelvin saja." katanya. Tentu saja aku tahu nama-mu adalah Kelvin. Bahkan nama kepanjangannya saja aku tahu. Kelvin Daniel Franklin. Tidak logis juga kalau ada yang tak tahu nama salah satu kembar tiga yang fenomenal itu. Ckc.

"Ehem, Kelvin. Bisakah kau lepas tanganku? Aku tak nyaman," ucapku takut-takut. Kelvin terkesiap dan melepaskan tanganku dengan cepat. Setelah itu, dia pun menggaruk-garuk kepalanya yang kuyakin tidak gatal. Ini perasaanku saja atau memang kenyataan kalau Kelvin sedang salah tingkah.

Aku menundukkan kepalaku lagi, "Aku harus pergi ke kafe sekarang. Permisi," ujarku tanpa berniat menoleh ke belakang lagi. Tak kupedulikan omongannya yang mau ikut denganku tadi, mungkin itu hanya candaan saja.

Bunyi derap langkah terdengar dari belakang. Apakah itu langkah kaki Kelvin? Aku sedikit menolehkan kepalaku, ternyata benar Kelvin mengikutiku!! Aku menatap matanya, Kelvin pun ikut membalas tatapan mataku. Tapi dia tidak berbicara apapun. Lima detik kemudian, dia mengangkat kedua alisnya seakan ingin bertanya sesuatu.

DAMN!? my mate is a NERD!! (KELVIN D. FRANKLIN)Where stories live. Discover now