11: Harus memilih kali ini

162 38 873
                                    

“Don't expect to much, manusia itu gampang berubah.”

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan keluarga Sofia masih berada dikediamannya, membuat laki-laki dengan kaos distro itu berjalan malas keluar kamar untuk menuju ke taman belakang rumah. Namun, sesampainya di sana ia malah melihat Sofia— gadis yang dijodohkan dengan dirinya tengah duduk termenung sembari memandang ke arah langit yang gelap.

Niat Alvin yang semula ke taman ingin menenangkan pikirannya kini harus ia urungkan dengan alasan tak ingin bertemu dengan gadis tersebut.

"Kamu mau kemana, Al?" suara lembut Sofia berhasil membuat langkah kaki Alvin terhenti seketika.

"Kenapa lagi?"

"Boleh bicara berdua gak? Kayanya kamu harus dengerin penjelasan soal yang tadi sore, biar gak salah paham kaya sekarang."

Laki-laki itu menghela nafasnya dengan kasar dan memilih untuk menurunkan ego-nya sebentar dan mulai berjalan ke arah Sofia— wajah yang tampak ayu nan cantik itu terlihat menatap dirinya dengan sayu dengan kedua bola mata yang sudah basah, pikir Alvin— pasti gadis kesayangan Bapak Justin itu baru saja selesai menangis.

"Gue cuman minta satu, batalin, Sof! Gue punya pacar dan gue gak mungkin ninggalin dia demi lo doang. You should know I love him!" tekan Alvin diakhir kalimat dengan bahasa inggris.

Nafas Sofia turun naik sewaktu mendengar rentetan kalimat yang dikeluarkan dari mulut seorang Alvin. "Kamu dengerin aku dulu, Al. Orang tua aku ngelakuin hal kaya gini bukan semata-mata untuk bisnis doang."

"Terus untuk apa, hah? Kepentingan politik Papa lo atau buat nutupin skandal perusahaan?"

"Al! Jaga ya omongan kamu! Andai aja penyakit ini nggak ada di dalam diri aku nggak akan mungkin aku mau jatuhin harga diri aku buat ngemis-ngemis ke kamu buat nerima aku jadi tunangan kamu!"

Deg!

Ia tak salah dengarkan? Kalau gadis yang sekarang berada dihadapannya ini mempunyai penyakit. Kalimat demi kalimat ia coba cerna agar tak salah menangkap.

"Maksud lo apa? Jangan karna gue nolak perjodohan ini. Lo malah ngarang cerita begini!"

"Aku gak ngarang cerita, untungnya apa coba aku lakuiin begitu, aku gak sebodoh itu ngarang cerita cuman karna perjodohan kita batal."

"Sejak kapan, Sof?"

"Kamu tau, di sini, Al." tangan gadis itu dengan bergetar hebat menunjuk ke arah dadanya yang berbalut baju kemeja biru. "Ada kanker yang harus aku tahan selama beberapa tahun belakangan ini,"

Mata Alvin bergerak menatap mata Sofia untuk mencari kebohongan tapi nihil! Kali ini tidak ada kebohongan yang ada hanya kebenaran , serta sepasang bola mata yang sudah basah akibat terus-menerus menangis. Bohong jika dirinya tak merasa iba pada gadis tersebut.

DUNIA ALVIN: two different people [ON GOING]Where stories live. Discover now