Sepuluh | Konfrontasi

17 24 0
                                    

Layaknya berkawan dengan alam, awang-gemawang perlahan mulai diselimuti oleh mega mendung, begitu juga dengan bulir-bulir air yang jatuh ke bumi pun ikut serta dalam merayakan patah hati luar biasa pada hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Layaknya berkawan dengan alam, awang-gemawang perlahan mulai diselimuti oleh mega mendung, begitu juga dengan bulir-bulir air yang jatuh ke bumi pun ikut serta dalam merayakan patah hati luar biasa pada hari ini. Namun, aku bersyukur akan karunia Tuhan tersebut karena berkat-Nya, isak tangisku mampu teredam dalam derasnya hujan sejak tiga jam lalu di dalam mobilnya yang sudah berputar mengelilingi Kota Malang lebih dari satu kali.

Di sampingku, kulihat dirinya begitu tenang mengemudikan mobil walau aku tengah menangis hingga sedu sedan. Bersamanya, atmosfer terasa begitu menenangkan—berbeda dengan suasana ketika bersama dirimu yang rasanya seperti terjebak dalam badai tak berkesudahan—karena dirinya memilih untuk diam ketimbang menginterogasiku sambil sesekali menyodorkan tisu, air mineral, dan juga lolipop susu aneka rasa dalam toples mini ke arahku.

Pikirku hanya satu, Mengapa aku tidak bisa jatuh cinta padanya?

Terlalu lama terjebak dalam lamunan, membuatku tidak menyadari mobil yang dikendarainya mulai memasuki gapura perumahan menuju kediamanku.

Hanya dengan sebuah lirikan, seolah-olah dirinya sudah tau apa isi kepalaku dan berucap dengan santainya, "Sebelum jemput kamu, aku tadi sempat mampir ke swalayan bentar dan beli bahan-bahan untuk dimasak karena tau kamu orangnya suka skip sarapan kalau ada kerjaan pagi."

Perhatian darinya refleks membuat labiumku membentuk lengkungan tipis bahagia, tapi hal itu tidak bertahan lama ketika atensiku menemukan sosokmu yang riwa-riwi di depan gerbang kediamanku sambil meneriakkan namaku berulang kali dalam keadaan basah kuyup, Guntur ... apa yang kamu lakukan di depan rumahku sambil hujan-hujanan?

Dirimu lantas bergegas menghampiriku begitu mobil yang dikendarainya menepi lalu mengetuk kaca jendela mobil seraya memintaku untuk keluar dengan vokal suara yang lembut. Tidak ada respons dariku membuatmu bersikap konfrontatif dan beralih ke sisi pengemudi lalu menggedor kaca jendela dengan segala umpatan yang lolos dari mulutmu begitu saja ditujukan padanya.

Eccedentesiast  |  Park GunwookWhere stories live. Discover now