Tiga Belas | Ritmis Persaingan

14 2 0
                                    

Bunyi desis akibat perubahan suhu yang cepat lantas menyapa indra pendengaranku, ketika sebuah minuman kaleng dingin menyapu lembut pipiku. Refleks aku berpaling dan melihat seulas senyum tengil bertengger manis di bibirmu.

Aku mengambil alih minuman kaleng tersebut, menyeruputnya sekali, dan bertanya padamu dengan intonasi lebih tinggi satu oktaf, "Menyebalkan ... mengapa aku tidak pernah bisa menang melawanmu, sih, Gun?"

Dalam perjalanan hidup semenjak mengenalmu, sepertinya kekecewaan lebih akrab berkawan denganku ketimbang kemenangan. Diawali dengan pertemuan kita saat duduk di bangku SMA, kamu adalah lawan dalam kompetisi cerdas cermat lalu menjadi rekan seperjuangan untuk mewakili sekolah dikancah nasional melawan sekolah-sekolah lain di Indonesia. Aku juga selalu menempati urutan kedua dalam ranking paralel keseluruhan siswa, sedangkan kamu selalu menempati kedudukan istimewa sebagai posisi pertama. Belum cukup sampai di situ, lagi-lagi aku harus bersaing denganmu sebagai taekwondoin untuk perwakilan kampus dikancah internasional yang mana pada proses seleksi, kamu yang lolos lalu aku kerap kali menjadi bayang-bayangmu yang terpaksa berkompetisi hanya ditingkat nasional saja. Namun, tidak ada penyesalan dalam hati mengingat bahwa pertarunganku dan kamu dilakukan secara sah dan adil di dojang. Bahkan saking kompaknya karena memiliki antusias serupa, aku dan kamu sering mendapat julukan 'kakak-adik' atau 'si kembar'.

"Perihal kalah atau menang, kamu pernah membuatku kalah telak sekali, Ka."

Tutur kata yang terucap dari bibirmu membuat alisku bertaut, Aku pernah mengalahkanmu dalam hal apa, Gun?

Tutur kata yang terucap dari bibirmu membuat alisku bertaut, Aku pernah mengalahkanmu dalam hal apa, Gun?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Eccedentesiast  |  Park Gunwook ✔️Where stories live. Discover now