Dua Puluh Satu | Akar & Esensi

11 17 0
                                    

Pembicaraan yang dilakukan oleh dua orang dewasa—yang pernah menjalin bahtera rumah tangga—di teras rumah saat ini, benar-benar membuatku berdebar tidak karuan. Baik ekspresi maupun sorot mata keduanya terlihat begitu serius—terutama atensi milik bunda yang terlihat tidak nyaman akan kehadiran beliau—sebelum akhirnya seluruh fokus tersebut tertuju padaku.

Aku mengerjap berulang kali lalu tersenyum canggung, Apa aku ketahuan karena memata-matai mereka berdua sedari tadi?

"Apa kamu sudah bosan menunggu terlalu lama?" tanya beliau yang aku jawab dengan gelengan kepala.

Dalam sekejap dan diperhatikan dengan saksama, jelas sekali bahwa aku adalah duplikasi sempurna dari sosok ayahku—terlihat dari wajah dan perawakan beliau yang begitu mirip denganku.

"Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengunjungimu, tetapi hal itu tidak bisa aku lakukan karena selain malu ... bundamu juga melarangku untuk bertemu denganmu, Inka. Namun, aku tidak sakit hati dengan ucapan dan sikap dari bundamu karena hal itu pantas untuk aku dapatkan sebagai sosok kepala keluarga yang tidak bisa bertanggung jawab dan meninggalkan keluarganya begitu saja."

Aku tidak tahu harus merespons bagaimana, sorot mata pria yang merupakan bagian dari akar dan juga esensi dari keberadaanku di muka bumi ini terlihat begitu terluka dan menyesal hingga membuat lidahku teramat kelu.

"Bundamu adalah orang paling hebat yang pernah aku temui dalam hidup karena tanpa sosok kepala keluarga dan juga sosok ayah untuk putri semata wayangku, bundamu bisa membesarkanmu hingga tumbuh menjadi wanita cantik dan berpendidikan yang membanggakan."

Penjelasan beliau membuat hatiku terenyuh dan refleks menatap ke arah bunda yang ternyata juga menatap ke arahku sambil tersenyum simpul, Bunda ... aku menyayangimu.

Eccedentesiast  |  Park Gunwook ✔️Where stories live. Discover now