Tujuh Belas | Laga Paintball

11 16 0
                                    

Liburan akhir tahun kali ini ditutup dengan aktivitas ekstrem menegangkan dengan menggabungkan antara tim perusahaan dan beberapa klien fotografi yang terpilih secara acak.  Lewat pengeras suara, bisa diketahui bahwa satu per satu anggota dari kedua tim—tim biru dan tim merah muda—yang bersengketa, mulai gugur di medan laga dalam hitungan menit yang tidak tidak terlalu jauh.

Biasanya, dalam kegiatan olahraga yang mengandalkan otot, aku begitu antusias dan senantiasa bergerak lincah ke sana kemari di arena sambil menodongkan paintball marker berisi bola cat warna kuning untuk ditembakkan ke bagian dada atau punggung lawan yang melintas di hadapanku. Sialnya, ekspetasiku dipatahkan oleh sosok wanita berkulit cerah dan anggun yang berhasil menghambat aksiku karena terus mencengkram bagian belakang chest protector-ku erat sambil terus-menerus mengeluh.

"Kakiku pegal. Apa tidak bisa kita berdua menyerah saja dan membiarkan lawan untuk menang?"

"Kalah sebelum berjuang untuk menang, tidak ada dalam kamusku. Lagipula mengapa kamu memaksa untuk ikut serta dalam olahraga ekstrem paintball jika tidak suka, Mel?"

Seulas senyum cantik mengembang di bibir Melisa seraya menjawab pertanyaanky, "Awalnya aku tidak mau, tetapi aku penasaran bagaimana sikap Guntur ketika melihat tunangannya berada dalam bahaya. Apakah dia akan melindungiku atau malah bertindak sebaliknya?"

"Jika kamu ingin dilindungi oleh Guntur, harusnya jangan satu tim denganku, tetapi berada di tim lawan!" jawabku lalu terkekeh kecil setelahnya, Jangan berharap Guntur akan mengalah karena visi misinya sama denganku, yaitu tidak ada kata menyerah atau kalah dalam kamus kehidupan masing-masing sebelum mencoba untuk menang!

DOR!

Baru saja berdiri dan melenggangkan kedua tungkaiku dari balik persembunyian, secara bersamaan aku dikejutkan dengan momentum suara tembak dari jarak dekat dan hadirnya dirimu yang berdiri menghadap ke arahku secara tiba-tiba sambil memamerkan senyum tengil yang khas.

Layaknya tertembak peluru sungguhan, tubuhmu refleks merosot dan buru-buru saja kedua tangan ini aku ulurkan untuk merengkuhmu sebelum jatuh tersungkur, Alih-alih bersekongkol untuk melumpuhkan lawan ... mengapa tiba-tiba Guntur berkhianat dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng untukku?!

 mengapa tiba-tiba Guntur berkhianat dan menjadikan tubuhnya sebagai tameng untukku?!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Eccedentesiast  |  Park Gunwook ✔️Where stories live. Discover now