40 | KEPUTUSAN BULAT

433 55 26
                                    

h a p p y r e a d i n g
.
.
.
.
.

Seminggu telah berlalu.

Cassandra tak lagi mendapatkan kabar tentang javier maupun keluarga nya.

Begitu pula sebaliknya.

Dan sudah seminggu pula Cassandra mengurung diri di kamarnya.

Gadis itu tak keluar dari kamar meskipun saat makan.

Ia memilih makan di kamar, menghibur diri sendiri di kamar dan melakukan apapun di kamarnya tanpa keluar.

Hal itu tentu membuat arsen, rajash dan vino khawatir.

Pasalnya saat di pemakaman minggu lalu, cassa berteriak meminta tuhan mencabut nyawanya dan hal tersebut sangat membuat ke khawatiran ke tiga lelaki itu meningkat.

Gadis itu bisa melakukan apapun di kamarnya tanpa pengawasan orang lain.

Sementara deon, lelaki yang memulai penderitaan ini justru juga ikut bungkam dan mengurung dirinya di kamar dan hanya sesekali keluar jika arogas butuh sesuatu.

Lelaki itu bahkan tak lagi memperdulikan misi-misi organisasi mafia pemberian pratama.

Dan saat ini, Arsen terlihat tengah berjalan menaiki tangga menuju lantai 2 tempat kamar deon berada.

Ia harus membicarakan hal penting pada cowok itu.

Setibanya di depan pintu kamar deon, tanpa memanggil atau mengetuk arsen langsung membuka pintu kamar tersebut yang untungnya tak terkunci.

"Ngapain lo?" Tanya deon yang tengah bermain ponsel kala melihat Arsen memasuki kamarnya.

Tak ada jawaban.

Cowok itu justru mendekat dan duduk di pinggir kasur deon dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk itu.

"Gue baru selesai dari ruangan pratama."

"Yang sopan, umur lo sama umur dia hampir beda 1 abad." Tegur deon menurun handphone nya dan beralih menatap Arsen.

"Bodo amat." Balas Arsen.

"Gue habis dari ruangan dia, bahas cassa." Tutur Arsen membuka topik pembicaraan.

"Terus?" Balas deon mendadak tampak malas.

"Keputusan gue udah bulat, gue bakal pergi sama cassa ke Australia dan nyekolahin cassa disana. Cassa juga gak boleh lagi di sangkut pautkan sama organisasi mafia altair." Tutur Arsen yang kini sudah berpindah posisi menjadi bertelungkup dengan pandangan mengarah pada deon.

Deon terdiam.

Cowok itu menatap dalam manik Arsen yang terlihat santai.

"Lo mau bawa adek gue?"

Arsen mengangguk mantap menjawab pertanyaan deon.

"Kenapa? Lo gak rela? Karma lo sih, soalnya lo sering nyakitin cassa." Sahut Arsen di akhiri kekehan kecil.

"Gue nyakitin dia? Gue justru ngejagain dia dari orang-orang pembawa pengaruh buruk." Balas deon.

JAVIECASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang